Dr. Is Fatimah Raih ITSF Award, Prestasi Internasional lagi
Salah satu tugas penting seorang dosen di samping mengajar tentunya adalah menghasilkan karya penelitian. Hal ini merupakan wujud dedikasi dan komitmen seorang akademisi terhadap bidang ilmu yang ditekuninya. Dengan menekuni aktifitas meneliti dan mempublikasikannya dalam jurnal ilmiah, seorang dosen tidak hanya telah berkontribusi dalam pengembangan ilmu di bidangnya namun juga turut meletakkan pondasi bagi para peneliti lain yang konsen terhadap bidang tersebut. Sebagaimana ditunjukkan oleh salah seorang dosen asal Prodi Ilmu Kimia, FMIPA UII, Dr. Is Fatimah, S.Si., M.Si.
Ketekunan dan dedikasi yang ditunjukkannya selama bertahun-tahun dalam meneliti pemanfaatan lempung dalam bidang green chemistry telah menghantarkannya memperoleh berbagai macam hibah dan penghargaan bergengsi bagi para peneliti di tingkat internasional. Beberapa waktu lalu, ia menerima penghargaan sebagai peneliti terbaik dalam ajang 21st Science and Technology Award yang diselenggarakan oleh Indonesia Toray Science Foundation (ITSF). ITSF sendiri merupakan lembaga pemerhati sains yang dibentuk oleh sebuah perusahaan kimia asal Jepang. Penghargaan ini dinilai sebagai salah satu penghargaan prestis bagi para peneliti di bidang kimia.
Ketekunan dan dedikasi yang ditunjukkannya selama bertahun-tahun dalam meneliti pemanfaatan lempung dalam bidang green chemistry telah menghantarkannya memperoleh berbagai macam hibah dan penghargaan bergengsi bagi para peneliti di tingkat internasional. Beberapa waktu lalu, ia menerima penghargaan sebagai peneliti terbaik dalam ajang 21st Science and Technology Award yang diselenggarakan oleh Indonesia Toray Science Foundation (ITSF). ITSF sendiri merupakan lembaga pemerhati sains yang dibentuk oleh sebuah perusahaan kimia asal Jepang. Penghargaan ini dinilai sebagai salah satu penghargaan prestis bagi para peneliti di bidang kimia.
Disampaikan oleh Dr. Is Fatimah bahwa pemberian penghargaan didasarkan pada rekam jejak yang dimiliki oleh peneliti dalam hal publikasi ilmiah yang terindeks dalam jurnal ilmiah internasional. “Di samping melihat H-index scopus dari para peserta, ITSF juga melihat konsistensi peneliti dalam mendalami riset yang menjadi core competency keilmuannya. Alhamdulillah konsistensi penelitian saya di bidang green chemistry, khususnya lempung menjadi parameter yang diapresiasi”, ujarnya.
Ia menambahkan, untuk dapat meraih penghargaan ia harus melewati tahap seleksi yang sangat ketat dari dewan penilai. “Dalam kategori award peneliti, saya harus bersaing dengan 16 peneliti dari perguruan tinggi negeri dan lembaga penelitian nasional. Semuanya sangat berkompeten dan riset-risetnya juga berkualitas sehingga memang tidak mudah”, katanya.
Di tahap akhir terpilih tiga peneliti terbaik untuk mengikuti seleksi wawancara yang diadakan di kantor ITSF pada 4 November 2014. “Proses wawancara adalah tahap akhir dari proses seleksi untuk meyakinkan bahwa peserta benar-benar sudah berkontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan yang memberikan terobosan khusus di bidangnya”, ujar wanita yang juga mendapat hibah penelitian (Research Grant in Basic Sciences) dari the world academy of sciences (TWAS).
Is Fatimah berharap prestasinya ini dapat turut memotivasi para dosen dan peneliti UII untuk rajin mempublikasikan karya ilmiahnya dalam jurnal internasional. “Sebenarnya kuncinya terletak pada diri kita sendiri, sejauh mana kemauan dan tekad kita untuk benar-benar menekuni bidang yang menjadi disiplin ilmu kita”, katanya.
Ia berbagi tips bahwa seorang dosen harus memiliki peta riset yang menggambarkan target penelitian apa saja yang ingin dicapainya dalam tahun-tahun ke depan. “Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki unsur kebaruan. Sebaiknya meneliti itu jangan hanya sekedar untuk memenuhi angka kredit poin atau ikut-ikut penelitian orang lain”, tegasnya.
Ia menambahkan, untuk dapat meraih penghargaan ia harus melewati tahap seleksi yang sangat ketat dari dewan penilai. “Dalam kategori award peneliti, saya harus bersaing dengan 16 peneliti dari perguruan tinggi negeri dan lembaga penelitian nasional. Semuanya sangat berkompeten dan riset-risetnya juga berkualitas sehingga memang tidak mudah”, katanya.
Di tahap akhir terpilih tiga peneliti terbaik untuk mengikuti seleksi wawancara yang diadakan di kantor ITSF pada 4 November 2014. “Proses wawancara adalah tahap akhir dari proses seleksi untuk meyakinkan bahwa peserta benar-benar sudah berkontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan yang memberikan terobosan khusus di bidangnya”, ujar wanita yang juga mendapat hibah penelitian (Research Grant in Basic Sciences) dari the world academy of sciences (TWAS).
Is Fatimah berharap prestasinya ini dapat turut memotivasi para dosen dan peneliti UII untuk rajin mempublikasikan karya ilmiahnya dalam jurnal internasional. “Sebenarnya kuncinya terletak pada diri kita sendiri, sejauh mana kemauan dan tekad kita untuk benar-benar menekuni bidang yang menjadi disiplin ilmu kita”, katanya.
Ia berbagi tips bahwa seorang dosen harus memiliki peta riset yang menggambarkan target penelitian apa saja yang ingin dicapainya dalam tahun-tahun ke depan. “Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki unsur kebaruan. Sebaiknya meneliti itu jangan hanya sekedar untuk memenuhi angka kredit poin atau ikut-ikut penelitian orang lain”, tegasnya.