Kuliah Tamu Geokimia bersama Prof. Dr. Hans Ruppert

 
Hari Jum’at, 30 September 2016 lalu Prodi Kimia kembali mengadakan acara yang  berjudul International Guest Lecture dengan tema Selected Aspects of Environmental Geochemistry. Acara ini berlangsung sejak pukul 14.00-16.00 WIB dengan diikuti oleh mahasiswa kimia dari angkatan 2013-2016 yang berjumlah kurang lebih 100 orang dan bertempat di ruang Auditorium Lt.4 Gedung Baru MIPA. Narasumber/pembicara yang sekaligus menjadi dosen tamu dalam acara ini adalah Prof. Dr. Hans Ruppert, Environmental Geoscientist in Dept. of Sedimentologi & Environmental Geology and Director of The Interdisciplinary Centre for Sustainable Development, University of Göttingen). Beliau merupakan seorang geoscientist yang ahli di bidang sedimen danau dan lumpur, sejarah lingkungan dan polusi saat ini di pegunungan Harz (Jerman), penggunaan area terkontaminasi, polusi atmosfer dan lain-lain. Dalam materinya ini, Prof. Hans banyak menjelaskan peranan kimia dalam dunia geologi.
Rangkaian acara kali ini dibuka oleh MC, Dhina Fitriastuti, M.Sc., dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Cecep Sa’bana R., S.Si., dan diikuti dengan sambutan oleh Kaprodi Kimia, Dr. Is Fatimah. Dalam sambutannya, Dr. Is Fatimah menyatakan rasa terimakasihnya atas kehadiran Prof. Hans Ruppert dan diharapkan materi kali ini menambah wawasan mahasiswa kimia mengenai peranan kimia dalam bidang geologi lingkungan. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh pembicara yang secara menarik menyampaian beberapa materi terkait hubungan antara air, tanah, udara dan makhluk hidup, emisi karbon dioksida, perubahan musim, sejarah pegunungan Harz, serta beberapa kasus kontaminasi logam berat.
 
Dalam penjelasannya, Prof. Hans menyatakan bahwa seluruh kompartemen di bumi seperti atmosfer, pedosfer, hidrosfer, litosfer dan biosfer sangat berkaitan erat dan saling berhubungan satu sama lain melalui aliran perubahan energy, momentum, dan material. Sebagai contoh, aliran emisi gas CO2 di dunia yang berasal dari aktivitas manusia dimana +91% berasal dari kegiatan industry dan 9% berasal dari penebangan dan pembakaran hutan, dari semua yang dilepas tersebut, sekitar 29% diserap oleh tumbuhan, 26% diserap kembali oleh berbagai organism di laut dan 44%-nya terlepas bebas ke atmosfer bumi. Emisi CO2 yang terbebas di atmosfer ini terkait erat dengan fenomena perubahan musim di dunia (yang menimbulkan dampak fisik seperti banjir, kekeringan yang berkepanjangan, gelombang panas, melelehnya es di kutub dan lainnya) yang terjadi saat ini. Di mana fenomena tersebut nantinya juga akan berpengaruh pada juga kehidupan manusia seperti menimbulkan adanya penurunan hasil pertanian, kelaparan, malnutrisi, menurunnya pendapatan di sector pertanian dan perikanan yang meningkatkan angka kemiskinan, kelangkaan air dan lain-lain. Contoh lainnya yang menunjukkan hubungan antara berbagai kompartemen di bumi adalah terjadinya kebakaran hutan di Indonesia, baik yang diakibatkan oleh adanya lahan gambut maupun aktivitas negative manusia yang secara sengaja membakar hutan guna membuka lahan. Pengaruh kebakaran hutan ini sangat jelas terlihat di mana masyarakat harus dihadapkan dengan munculnya asap yang banyak mengandung zat-zat volatile yang bersifat toksik bagi manusia seperti fenantrena, pirena, benzoapiren dll.
Prof. Hans juga menjelaskan bahwa ilmu kimia sangat berperan dalam bidang geologi, misalnya berbagai analisis senyawa kimia sangat berperan dalam penentuan usia suatu sedimen dan batuan serta hasil analisis tersebut merupakan dasar bagi para geologist untuk membuat model area yang terkontaminasi misalnya oleh logam berat. Beberapa yang dicontohkan oleh Prof. Hans adalah penentuan usia sedimen dan model kontaminasi logam berat Pb (timbal), Cd (kadmium), Cu, dll di area Pegunungan Harz, Jerman, kontaminasi arsen di Bangladesh dan di dunia, serta kontaminasi merkuri. Seperti yang telah diketahui bahwa logam-logam berat tersebut ada yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dan ada pula yang berasal dari aktivitas vulkanik, misalnya kontaminasi arsen di Bangladesh. Aktivitas manusia yang dimaksud misalnya adalah kontaminasi logam Pb dan Cd di Pegunungan Harz, dulunya berasal dari suatu industry peleburan bijih sulfida polimetal pada abad pertengaha yang mengemisikan beberapa logam berat ke lingkungan sekitarnya melalui evaporasi selama proses peleburan berlangsung.
Setelah dianalisis dari tahun ke tahun, para ilmuwan menemukan bahwa untuk menurunkan konsentrasi Cd saja sebesar 1 mg/kg diperlukan waktu hampir 700 tahun, sehingga beberapa logam berat tersebut terdeposisi dalam waktu yang sangat lama di tanah bahkan ada yang mencemari air tanah. Namun sebagai dampak buruknya lagi, saat terjadi banjir di Pegunungan Harz, kontaminasi logam berat tersebut meluas mengikuti aliran banjir hingga mencemari area yang lebih luas. Akibatnya, tanah pertanian di area tersebut berpotensi tercemar oleh logam berat yang dapat mengancam kesehatan manusia, sebab logam-logam tersebut dapat memasuki rantai makanan (melalui tanaman pertanian di lahan tersebut). Para ahli geologi lingkungan kemudian memetakan area kontaminasi tersebut guna menghindari penggunaan lahan yang terkontaminasi untuk tanaman konsumsi, sebagai alternatifnya, lahan-lahan tersebut dapat digunakan untuk tanaman-tanaman sumber energy atau untuk tujuan teknis lainnya. Hal yang serupa juga berlaku untuk kasus pencemaran arsen dan merkuri, ilmu kimia dan ilmu geologi dapat secara bersama-sama dapat digunakan untuk memodelkan pola cemaran logam berbahaya tersebut, mengetahui nasib dan sifat cemaran tersebut di alam, serta menggunakannya untuk menyelamatkan kehidupan makhluk hidup di dunia. Dari beberapa kasus tersebut dapat dikatakan secara sederhana, bahwa aktivitas manusia dalam kompartemen biosfer akan berpengaruh pada kompartemen lain seperti atmosfer, litosfer, hidrosfer, pedosfer dan akhirnya akan berdampak juga pada biosfer kembali, demikian pula sebaliknya.
Selama pemaparan materi, mahasiswa terlihat sangat antusias, terbukti pada saat sesi diskusi tiba, banyak mahasiswa mengemukakan pertanyaan kepada Prof. Hans. Misalnya, mengapa pH air laut menjadi lebih asam akibat perubahan musim yang terjadi di dunia, bagaimana solusi yang baik untuk menyelesaikan permasalahan lahan gambut di Indonesia yang selama musim kemarau tiba dapat menyebabkan kebakaran hutan, apa dampak negative logam Cd bagi manusia serta apakah ada manfaat senyawa arsenic dalam tubuh manusia. Prof. Hans pun dapat menjawab semua keingin tauan mahasiswa tersebut secara menarik, dan pada akhir penutupan acara, panitia penyelenggara acara kuliah tamu dari Prodi Kimia menyerahkan token apresiasi pada beliau serta melakukan foto bersama dengan mahasiswa.

Download Materi di sini