Mahasiswa UII Berhasil Mengembangkan Nano Shark Kao (Nano Spray Inhaler dari limbah kulit kakao) sebagai Inovasi Pengobatan Bronkitis Kronik masa depan
Dalam dekade ini ketergantungan manusia akibat rokok semakin meningkat. Menurut data WHO, jumlah perokok di dunia mencapai 1,2 miliar dan 800 juta di antaranya berada di negara berkembang. Pada tahun 2009, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India . Tingginya konsumsi rokok tersebut menyebabkan rokok menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia setelah kanker dan kecelakaan. Solusi untuk mengatasi hal ini yakni dengan mengembangkan metode alternatife pengobatan terbarukan untuk mengobati penyakit akibat dari rokok. Salah satu metode pengobatan alternative yang mutakhir dan mudah dikembangkan yaitu nano herbal. Tentu penggunaan bahan herbal disini sangat cocok digunakan di Indonesia, selain bahan baku yang melimpah kelebihan lain dari bahan herbal ini adalah sangat aman digunakan oleh manusia serta ramah lingkungan.
Namun siapa sangka jika nano herbal dapat diciptakan dari kulit kakao yang dikenal masyarakat sebagai salah satu limbah berbahaya. Sebagaimana hasil penelitian sekelompok mahasiswa UII yang berhasil menciptakan Nano Shark Kao (Nano Spray Inhaler dari limbah kulit kakao). Oleh tim tersebut, limbah kulit kakao dimodifikasi dengan menggunakan metode SNEDDS sehingga menjadi salah satu obat mutakhir untuk mengobati penyakit bronkitis kronik. Cara pemakaian obatnya pun sangatlah mudah dan efisien yaitu dengan cara inhaler. Penelitian yang telah digarap oleh tim UII ini berhasil menemukan inovasi terbarukan di dunia medis berbahan dasar limbah kulit kakao berbentuk nano spray. Salah seorang penggagas ide tersebut, Ratih Lestari mahasiswa Kimia UII angkatan 2015 mengatakan temuan tersebut memakan waktu tiga bulan. Melibatkan mahasiswa dari jurusan yang sama, yakni Aditya Sewanggara angkatan 2015;& dan Kartika Puspitasari dari Farmasi angkatan 2016. “Kami berangkat dari keprihatinan tentang tingginya kematian akibat rokok di berbagai belahan dunia terutama Indonesia dan permasalahan lingkungan dalam hal ini kami mengangkat limbah kulit kakao yang hingga saat ini masih menjadi sebuah musuh utama bagi lingkungan karena pengolahan limbah tersebut yang masih belum optimal, terutama di daerah- daerah penghasil coklat seperti di DIY ini” terang Ratih. Aditya menyebutkan inovasi dalam pembuatan nano herbal dari limbah kulit kakao ini berupa kombinasi dari metode SNEDDS dengan metode spray inhaler.
Adanya pembuatan nano herbal dari limbah kulit kakao ini diharapkan dapat menurunkan resiko kematian akibat rokok di Indonesia yang renewable serta ramah lingkungan. Keunggulan dari Nano Shark Kao ini selain ramah lingkungan dibandingkan yang lainnya, dan renewable. Bahan yang digunakan untuk pembuatan Nano Shark Kao sendiri berasal dari dalam negeri sehingga lebih murah, serta proses pembuatannya yang sangat mudah , dan cepat hanya membutuhkan waktu Diharapkan dengan adanya Nano Shark Kao, angka kematian akibat rokok dapat ditekan, selain itu Nano Shark Kao dapat menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh limbah kulit kakao. Penelitian ini masih dalam tahap pengembangan, sehingga diharapkan kedepannya Nano Shark Kao memiliki kualitas yang lebih baik dan stabil, serta siap untuk dipasarkan.
Pembuatan Nano Shark Kao tidak lepas dari peran dikti yang telah memberikan suntikan dana Rp 8 juta melalui program kreatifitas mahasiswa (PKM) bidang Penelitian dan atas bimbingan dari bapak Dr. Yandi Syukri, S.Si., M.Si., Apt.