Prediksi kegunaan baru dari obat lama berdasarkan efek samping mereka

Kata Kunci: computational biochemistry, efek samping obat

{mosimage}

Pada tanggal 11 Juli 2008, Peneliti dari Laboratorium Biologi Molekuler Eropa (EMBL) melaporkan, bahwa mereka telah menemukan cara baru untuk menggunakan efek samping obat yang tidak diinginkan. Mereka mengembangkan teknik komputasi yang membandingkan seberapa mirip efek samping dari berbagai macam obat, dan memprediksi seberapa mirip aksi obat tersebut dalam mentargetkan molekul yang sama. Kajian ini, yang telah dipublikasikan pada jurnal Science, menunjukkan penggunaan baru dari obat yang ada di pasaran.
Obat yang serupa, sering kali memiliki target protein yang serupa juga. Mereka juga memiliki modus aksi dan efek samping buruk yang mirip. Jika dilihat dari perspektif lain, ini berarti bahwa obat yang memiliki efek samping serupa bisa jadi mentargetkan molekul yang sama. Tim peneliti EMBL telah mengembangkan alat komputasi yang membandingkan efek samping tersebut, untuk menguji apakah mereka dapat memprediksi target umum dari obat.

” Korelasi seperti itu tidak hanya membongkar basis molekuler dari berbagai efek samping, namun juga memberi harapan pada potensi terapi yang menjanjikan. Ia menunjukkan penggunaan baru dari obat di pasaran pada penyakit-penyakit yang bukan dikembangkan untuk obat tersebut,” kata Peer Bork, kordinator gabungan dari unit Biologi struktur dan komputasi EMBL.
Pendekatan ini akan terbukti berguna untuk obat yang secara kimia berbeda, yang digunakan untuk berbagai area terapetik.
Namun profil protein target mereka saling tumpang tindih dan tidak diketahui secara pasti. Strategi serupa telah terbukti sukses di masa lalu. Sebagai contoh, obat yang dipasarkan sebagai Viagra pada awalnya digunakan untuk menangani Angina. Namun efek samping pada seksualitas telah mengubah area terapetiknya.
Dengan mengaplikasikan metode baru tersebut pada 746 obat di pasaran, peneliti telah menemukan 261 obat yang berbeda, yang mekanismenya sudah diketahui, namun mengikat pada target molekuler yang tidak diinginkan. 20 dari obat ini kemudian diuji secara eksperimen, dan 13 dari mereka menunjukkan pengikatan pada target yang diprediksi memiliki efek samping serupa. Dengan menguji 9 dari mereka lebih jauh di esei sel, mereka semua menunjukkan aktivitas dan efek yang diinginkan pada sel, dengan interaksi pada target protein yang baru ditemukan.
Hasil tersebut mengungkapkan, bahwa efek samping dapat membantu untuk menemukan interaksi obat-target yang baru dan relevan, yang bisa dikembangkan untuk terapi baru. Obat penguat otak Donepezil, sebagai contoh, memiliki target yang serupa dengan obat anti depresi, Venlafaxine. Ini membuktikan bahwa ada kemungkinan Donepezil dapat digunakan untuk mengatasi depresi.
Keunggulan utama dari obat yang ada dipasaran, adalah mereka telah diuji secara klinis dan terbukti aman pada pasien. Ini berarti, bahwa peneliti dapat segera terapi yang baru jauh lebih cepat, tanpa harus menunggu sampai 15 tahun untuk diaplikasikan pada pasien.
“Dengan beberapa pengujian dan pengembangan, metode kami dapat diaplikasikan pada skala lebih besar di masa depan. Obat baru dapat dicek secara rutin pada komputer untuk target tersembunyi tambahan, dan penggunaan potensial di berbagai area terapetik. Ini akan menghemat banyak uang, dan akan mempercepat pengembangan obat secara signifikan.”  Demikian kesimpulan Bork.

Ditulis oleh Arli Aditya Parikesit pada 06-06-2009
Diterjemahkan dari:
European Molecular Biology Laboratory (2008, July 11). Scientist Predict New Uses For Existing Drugs From Their Side Effects. Science Daily. Retreived April 30, 2009. From http://www.sciencedaily.com/releases/2008/07/089710142920.htm
yang-berbahaya-bagi-kesehatan/
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/prediksi-kegunaan-baru-dari-obat-lama-berdasarkan-efek-samping-mereka/