Prodi Kimia UII Benchmarking Akreditasi RSC ke Jurusan Kimia ITB, Bandung

 Kegiatan benchmarking dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Mei 2015 bertempat di Jurusan Kimia Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan dihadiri oleh Dekan Fakultas MIPA UII (Allwar, Ph.D.), Ketua Prodi Pendidikan Kimia Universitas Islam Indonesia (Riyanto, Ph.D.), Ketua Task Force PHK-PS IP 2015 Bacth II (Dwiarso Rubiyanto, M.Si.), 4 dosen Prodi Kimia UII, beserta 5 anggota tim PHKPS-IP Prodi Kimia UII.
Dalam kegiatan tersebut, pada sesi pertama wakil dari Prodi Kimia UII disambut oleh :
1. Dr. Bunbun Bundjali (Ketua Prodi Sarjana Kimia ITB)
2. Prof. Djulia Onggo, Ph.D (Ketua Prodi Magister dan Doktor Kimia ITB)
3. Dr. Lia Dewi Juliawati, MS. (Ketua Prodi Magister Pengajaran Kimia ITB)
Sesi pertama berlangsung pada pukul 10.00 – 12.00 WIB dan difokuskan untuk membahas  Prodi Magister Kimia di ITB.
Sedangkan sesi kedua yang berlangsung pada pukul 14.00-15.00 WIB, difokuskan pada pembahasan mengenai akreditasi RSC di ITB. Wakil dari ITB saat sesi kedua ini adalah :
1. Dr. Bunbun Bundjali (Ketua Program Studi Sarjana Kimia ITB)
2. Prof. Dr. Muhammad Bachri Amran, DEA (yang menjabat sebagai Ketua Prodi pada saat akreditasi RSC)
3. Dr. Dessy Natalia  (anggota tim akreditasi RSC)
4. Prof. Dr. I Made Arcana (anggota tim akreditasi RSC)
5. Dr. rer. nat. Rino Rakhmata Mukti, M.Si (anggota tim akreditasi RSC)
Rangkaian acara di Institut Teknologi Bandung adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan oleh Ketua Prodi Kimia ITB
2. Sambutan penyampaian tujuan studi banding oleh Dekan FMIPA UII
3. Diskusi tentang pendirian Program Magister dan Doktor di Prodi Kimia ITB
4. Tour laboratorium
5. Diskusi mengenai Akreditasi RSC Kimia ITB
Sesi 1: Pendirian Program Magister dan Doktor Kimia ITB
Berdasarkan pemaparan ketiga nara sumber, diketahui bahwa Fakultas MIPA ITB terdiri dari 4 Program Studi, yakni Kimia, Fisika, Matematika, dan Astronomi. Sedangkan Kimia sendiri terdiri atas 3 program, yakni Program Sarjana Kimia, Program Magister dan Doktor Kimia, serta Program Magister Pengajaran Kimia dengan jumlah  mahasiswa per tahun untuk program  magister dan doctor masing-masing sekitar 100 dan 50.
Program Magister Pengajaran Kimia didirikan dengan tujuan untuk membekali guru-guru kimia agar memiliki dan menguasai ilmu kimia serta menguasai cara penyampaian materi tersebut dengan tepat. Program Magister pengajaran ini tadinya merupakan program titipan dari Kementrian Agama untuk guru-guru kimia yang mengajar di MAN atau SMA milik Kemenag. Namun, dengan terus adanya kebutuhan Magister Pengajaran Kimia ini membuat program ini diteruskan hingga saat ini. Sasaran Program Magister ini adalah guru-guru kimia SMA dan dosen pendidikan maupun  S1 Kimia yang akan mengajar materi kimia di jurusan non-kimia, misalnya pertanian, kesehatan dll.
Mahasiswa magister pengajaran kimia diwajibkan mengambil minimal 36 sks yang sudah meliputi 4 sks proyek tugas akhir dan 1 sks seminar serta sidang magister untuk dapat lulus dari program ini selama masa pendidikan  normal 2 tahun dan maksimal 3 tahun. Proyek tugas akhir dapat dilakukan dalam 1 semester  dengan tema tertentu seperti; mengubah metode pengajaran atau membuat video pengajaran kimia.
Untuk program regular magister kimia, sejak awal masuk mahasiswa diwajibkan untuk memilih bidang kimia yang diminati yakni; kimia fisik, biokimia, kimia analitik, kimia anorganik dan kimia organik. Kapasitas per tahun di setiap bidang kurang lebih 20 mahasiswa.  Nantinya, mahasiswa akan diseleksi dan diarahkan ke jalur minat yang ingin ditekuni misalnya untuk bidang kimia anorganik; zeolit, sintesis senyawa kompleks, dan study mengenai korosi. Sebagai syarat kelulusan, mahasiswa harus sudah mengambil lebih kurang 36 sks (12 sks mata kuliah inti, 12 sks mata kuliah wajib prodi misalnya metopen dan spektroskopi, 12 sks penelitian dan 6 sks mata kuliah pilihan) dengan nilai minimum C. Tidak ada sks untuk praktikum dalam komponen 42 sks ini, praktikum dimasukkan dalam sks riset yang meliputi 11 sks penelitian dan 1 sks sidang ujian, juga tidak ada matakuliah prasyarat dalam total sks ini, mahasiswa dengan IP baik dapat mengambil 16 sks/semester.
Di program magister kimia regular ini pada semester kedua mahasiswa wajib untuk sudah menyiapkan proposal penelitian. Aktivitas penelitian mengandung sks yang lebih besar dibandingkan dengan magister pengajaran kimia sebab lebih diarahkan untuk program S3 Kimia. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk mahasiswa yang berasal dari magister pengajaran kimia juga mengambil S3 Kimia di ITB dengan syarat adanya penambahan beberapa sks matakuliah inti. Di ITB sendiri, proses penerimaan dan kelulusan mahasiswa program pascasarjana ditangani langsung oleh pihak Universitas, namun proses pembelajaran sepenuhnya ada di tangan Fakultas Mipa.
Desain waktu untuk program magister adalah 2 tahun maksimal 3 tahun, jika lebih dari itu, mahasiswa akan dikenai sanksi berupa DO. Pada umumnya banyak mahasiswa yang dapat menyelesaikan pendidikannya tepat 2 tahun namun ada pula yang terkena DO karena gagal dalam menempuh matakuliah. Sistem penilaian yang dimiliki misalnya; A (IPK 4), AB (IPK 3,5), B (IPK 3) dengan batas lulus antara BC dan C atau setara dengan IPK 2.75. Pemberian sanksi DO bukan hanya berlaku bagi mahasiswa yang masa kuliahnya melebihi 3 tahun, namun berlaku pula bagi mahasiswa dengan IP < 1 pada tahun pertama. Tentu saja sebelum sanksi DO dikenakan, mahasiswa yang bersangkutan akan diberikan peringatan dan dievaluasi terlebih dahulu.
Fasilitas lab yang dapat diperoleh untuk mahasiswa magister adalah  meja dan untuk doctor berupa ruangan pribadi. Biaya riset yang dianggarkan oleh RKA ITB sebagai proyek dosen untuk mahasiswa sarjana dan magister masing-masing adalah 1 juta dan 2 juta rupiah. Oleh sebab itu, pada semester kedua mahasiswa harus mengajukan proposal termasuk anggaran dana penelitian yang direncanakan. Prodi akan mengevaluasi kesesuaian anggaran penelitian dengan bantuan untuk tiap mahasiswa yang tercantum di RKA. Jika didapati terdapat kelebihan rencana anggaran, maka prodi akan berdiskusi dengan dosen pembimbing tugas akhir/thesis mahasiswa tersebut. Proposal dengan kelebihan anggaran akan diloloskan jika dosen pembimbingnya bersedia bertanggung jawab atas kelebihan terebut begitu pula jika terdapat kasus kegagalan dalam penelitian. Pemberian bantuan dana riset baik dari RKA ataupun dari dosen pembimbing semuanya disediakan dalam bentuk bahan kimia/analisis instrumen.
Dahulu pihak prodi menyediakan kegiatan semester pendek dan ujian perbaikan untuk membantu mempercepat kelulusan kuliah mahasiswa magister dan doktor. Semester pendek ini dapat dilaksanakan dengan syarat jumlah minimal peserta 5 mahasiswa dan dosen yang bersangkutan bersedia mengampu. Namun saat ini, kegiatan semester pendek telah ditiadakan karena terlalu banyak mahasiswa yang mengambil semester pendek untuk mengulang/memperbaiki nilai matakuliah yang diambil.
Hasil penelitian mahasiswa magister dapat dipublikasikan namun publikasi ini bukan menjadi syarat kelulusan. Sebagai gantinya, hasil penelitian harus dibuat dalam bentuk draft publikasi untuk disimpan di repository penelitian ITB dan diwajibkan membuat poster. Sedangkan untuk program doktor, mahasiswa diwajibkan untuk mempublikasikan hasil penelitiannya minimal di jurnal nasional atau jurnal internasional bagi mahasiswa yang menginginkan predikat cumlaude. Dosen pembimbing thesis/disertasi bertanggungjawab penuh atas keotentikan penelitian mahasiswanya agar terhindar dari plagiat pada saat publikasi.
Sebagai penunjang, ITB juga menyediakan program pendidikan untuk mahasiswa internasional misalnya, student exchange untuk mahasiswa asing dengan syarat mahasiswa tersebut menguasai bahasa Indonesia sebab ITB tidak menyediakan kelas khusus dengan bahasa asing. Penawaran program ini disediakan di website ITB. Untuk mahasiswa dalam negerinya dengan nilai di atas rata-rata, tersedia program sandwich, double degree (misalnya di Jepang, Belanda dan Prancis), serta program magister fast track (1 paket Sarjana-Magister atau 1 paket Magister-Doktor).

Sesi 2: Akreditasi RSC

Pada sesi 2 ini perwakilan dari prodi kimia UII bermaksud untuk mendapatkan informasi mengenai persiapan dan  perubahan yang dilakukan oleh Jurusan Kimia ITB selama proses mendapatkan akreditasi RSC. Tujuan prodi kimia UII ini disambut oleh tim persiapan dan penyusunan borang RSC Jurusan Kimia ITB.
Berdasarkan paparan yang disampaikan, diperoleh informasi bahwa Jurusan Kimia ITB tidak melakukan perubahan kurikulum dalam rangka untuk mendapatkan akreditasi RSC. Pada saat tim dari RSC melakukan kunjungan pun tidak terdapat komentar mengenai kurikulum, hanya ada saran pada beberapa matakuliah yang harus diperkaya dengan topik-topik yang memperkuat 3 bidang kimia; kimia fisik, kimia anorganik dan kimia organik. Pada saat itu salah satu  tim assessor RSC yang datang kebetulan menguasai bidang kimia anorganik sehingga dilakukan pembahasan yang lebih mendalam pada bidang ini.
Persiapan utama yang dilakukan oleh jurusan kimia ITB lebih berfokus pada penguatan sistem safety laboratorium. Misalnya:
– Menyediakan jas lab lengkap dengan goggle secukupnya, yang akan digunakan pada saat tim assessor berkunjung ke laboratorium.
– Perbaikan modul dengan literatur yang lebih baru.
– Persiapan buku khusus yang berisi safety laboratorium.
– Diselenggarakannya latihan pemadam kebakaran
– Menempel tanda-tanda safety lab (misalnya tanda alat bertekanan tinggi, tanda “no smoking”, garis-garis pembatas keamanan, serta tanda larangan memakai sandal di laboratorium)
– Penataan ulang laboratorium agar tidak terlihat rapi serta pemeriksaan perlengkapan lab seperti shower dan eye fountain (dipastikan berfungsi dengan baik).

Sebelum tim assessor RSC melakukan kunjungan, pihak jurusan kimia ITB mengirimkan semua silabus mata kuliah, soal ujian dan jawabannya dalam bahasa inggris dari semua dosen, borang RSC yang telah diisi dengan lengkap. Selanjutnya, pihak RSC akan mengecek semua dokumen yang telah dikirim tersebut dan mengirimkan beberapa pertanyaan yang harus disiapkan jawabannya pada saat tim assessor berkunjung. Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut harus disampaikan diforum dalam bentuk diskusi. Selain mengajukan pertanyaan kepada tim akreditasi RSC dari prodi kimia, tim RSC juga akan mengajukan pertanyaan kepada semua dosen pengajar dan mahasiswa. Untuk menciptakan suasana yang lebih santai, forum tanya jawab tersebut dilaksanakan dalam bentuk diskusi sembari makan siang. Senlajutnya, beberapa mahasiswa dari semester yang berbeda juga diminta untuk mengerjakan soal dari RSC.
Berdasar rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada saat kunjungan tim assessor RSC itu, mahasiswa turut dilibatkan dalam tahap persiapan akreditasi, misalnya latihan safety lab serta membereskan lab. Persiapan sangat penting dilakukan terutama untuk pengkondisian mahasiswa agar dapat bercerita secara lengkap pada saat diskusi. Oleh sebab itu, prodi kimia ITB membagi personelnya menjadi 3 tim :
1. Tim persiapan untuk menjawab pertanyaan dan komentar yang diajukan oleh assessor RSC
2. Tim penyusunan dokumen pendukung (pengumpul jurnal, skripsi, laporan praktikum dan pkl)
3. Tim persiapan penataan ulang dan safety laboratorium.

Tim akreditasi ITB mengirimkan dokumen-dokumennya dalam bentuk soft file melalui website yang dibuat khusus untuk pengiriman file kepada tim RSC di Inggris pada bulan Oktober. Kemudian assessor RSC melakukan kunjungan pada bulan Desember. Tim assessor akan memberikan 3 status/nilai:
1. Diapresiasi
2. Terdapat hal yang harus dipersiapkan lagi sebelum penilaian (postponed)
3. Terdapat hal yang harus diperbaiki dalam jangka waktu 12 bulan
4. Terdapat hal yang harus diperbaiki dalam jangka waktu 5 tahun

Status 2, 3, dan 4 dapat berubah tanpa visitasi dari RSC setelah melengkapi hal-hal yang dianggap kurang selama penilaian dengan cara mengirimkan laporan, dokumen dan foto-foto melalui email. Setelah semua dilengkapi, barulah akreditasi akan diturunkan.
Pada saat kunjungan, tim assessor RSC awalnya meminta informasi mengenai system penjaminan mutu Perguruan Tinggi nasional yang akhirnya dijelaskan oleh pihak rektorat dan tim penjaminan mutu ITB. Assessor RSC juga memeriksa kembali beberapa dokumen antara lain data-data dosen pengajar dan jumlah sks yang diampu, tugas akhir mahasiswa (abstract dan skripsi), dokumen praktikum (memastikan jam praktikum >300 jam di luar PKL dan skripsi), juga mengecek mekanisme akses jurnal dan referensi kimia secara langsung di perpustakaan, serta mekanisme tutorial (RSC mengharapkan adanya peraturan standard tutorial dari manajemen jurusan).
Bagian yang mendapat status diapresiasi selama tahap pemeriksaan tersebut adalah pelaksanakan tutorial dengan jadwal yang telah pasti, tidak hanya pada saat akan berlangsung UTS dan UAS. Selain itu juga peran himpunan dan kakak kelas yang ikut berperan langsung sebagai tutor bagi mahasiswa dengan nilai di bawah rata-rata dan juniornya.
Tim RSC juga memberikan komentar pada jurusan kimia ITB mengenai laboratoriumnya yang terlalu banyak, asisten praktikum dengan level yang setara (S1 menjadi asisten praktikum S1) seharusnya tidak diperkenankan dan ujian yang hanya dinilai oleh 1 dosen seharusnya dinilai oleh 2 dosen dari bidang yang sama, paling tidak sejumlah 10% dari semua jumlah jawaban ujian.
Dampak yang diperoleh dari akreditasi RSC untuk prodi kimia ITB adalah :
– Dorongan jurusan kimia ITB untuk maju
– Ada kesempatan untuk melihat bagian yang masih kurang dari jurusan kimia yang dinilai oleh pihak lain
– Keuntungan bagi alumni yang akan melanjutkan pendidikan ke Inggris, lebih dikenal almamaternya
– Mendapat kesempatan dari RSC untuk menjadi tuan rumah bagi acara-acara internasional seperti International seminar dan  Chem Career yang didukung penuh oleh RSC
– Memiliki lebih banyak teman

Dari studi banding ini diketahui pula bahwa RSC mengambil standard kurikulum berdasarkan masing-masing negara yang bersangkutan, namun mengenai materi kuliah tentu saja terdapat standard yang hampir sama di semua negara. Penggunaan bahasa inggris selama kuliah tidaklah wajib sebab disesuaikan dengan kebijakan di masing-masing universitas. Kunci penting yang mendapat perhatian khusus dari RSC adalah:
1. Safety laboratory
2. Fairness
3. Quality
4. Egality
 
Berdasarkan studi banding ini, langkah strategis yang akan ditempuh Prodi Kimia UII selama persiapan proses akreditasi RSC adalah:
1. Peningkatan sistem safety laboratorium.
2. Persiapan mahasiswa dan dosen.
3. Pengkajian sistem penilaian dalam kurikulum pembelajaran termasuk proses praktikum dan tutorial.
4. Pendataan akses referensi-referensi kimia.