Adapun pertanyaan dari seorang sahabatku waktu itu adalah ; ilmu oseanografi kan gak ada gunanya, kenapa harus dipelajari ? ya, mungkin menurut pandangan sahabat saya ini adalah ilmu yang sangat berguna adalah ilmu yang langsung bisa diaplikasi untuk kepentingan masyarakat banyak.
Ok, saya sedikit setuju dengan pendapat ini, tapi sabar dulu, saya memang mengambil contoh dari sisi ilmu kelautan. Bagaimana bisa kita mengeksplorasi sumber daya laut misalnya fishing ground (daerah penangkapan) tanpa mengetahui titik konsentrasi nutrien yang merupakan sumber makanan fitoplankton? Nah di sini peran seorang oseanografi biologis bukan? Bagaimana kita bisa mengawetkan ikan jika kita tidak mempelajari ilmu kimia dan mikrobiologi? Kemudian saya ambil contoh bidang ilmu lain misalnya, di bidang pertanian ; bagaimana orang bisa melakukan pemuliaan tanaman guna mendapatkan bibit unggul tanpa mempelajari ilmu genetika? Di bidang lingkungan, bagaimana kita bisa mendeteksi polusi lingkungan yg lagi marak dibicarakan disegala event dan konferensi internasional, jika kita tidak memiliki basic ilmu kimia ? semuanya akan pincang kan?
Dari dua ilustrasi tersebut saya berharap kita harus berpikir sekali lagi untuk menempatkan ilmu-ilmu dasar pada urutan yang kesekian. Karena sangat terlihat bahwa science dasar memang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa. Negeri Cina muncul sebagai macan asia karena perekonomian yang makin hari makin kuat menyingkirkan Amerika dan jerman karena landasan pembangunan mereka adalah basic science.
Di tanah air, pola pikir ilmuwan masih terlalu dibayang-bayangi oleh riset yang secara langsung mendatangkan profit, sehingga riset dasar (mikro) yang membutuhkan waktu yang relatif lama sangat tidak diminati. Ataukah riset dasar kurang dibanjiri mega proyek? Wallahualam.
Jika kita menoleh ke negara-negara yang telah maju di bidang IPTEK terutama di eropa, fakultas science adalah fakultas yang sangat bergengsi. Tahun lalu saya mengambil program master di bidang oseanografi biogeokimia di mana semua teman-teman seisi kelasku adalah lulusan licence (sarjana, red) di bidang, matematika, fisika, kimia dan biologi. Nah, otomatis mereka sama sekali tidak kaku dalam menjalani mata kuliah, pemodelan ekosistem, analisa numerik, ataupun mikrobiologi laut.
Terlepas dari itu menurut pendapat saya bahwa pemerintah di tanah air terlihat tidak memiliki politikal will terhadap pengembangan riset di bidang science dasar, padahal beberapa perguruan tinggi ternama seperti ITB, IPB, UGM, UI da nITS telah memiliki fakultas MIPA di mana penguasan teorinya saya anggap cukup ‘’kuat’’. Ataukah mungkin karena universitas dan institusi riset dalam hal ini BPPT dan LIPI di tanah air tidak berada dalam satu wadah dalam hal pengembangan riset ? Mungkin kita bisa bercermin dari negara-negara maju dimana institusi riset dan universitas berada dalam satu wadah karena kementrian riset dan pendidikan tinggi dijadikan satu seperti di prancis misalnya.
Selain itu juga dunia industri dijadikan mitra kerja sejati dari intitusi riset dan universitas, sehingga setiap hasil riset langsung diujicoba oleh pihak industri. Dengan demikian maka diharapkan adanya sinkronisasi di antara ketiga pihak tersebut. Jika hali ini bisa direalisasikan maka niscaya hasil penelitian mutakhir dari para ilmuwan tak akan hanya tersimpan sebagai arsip tapi akan membawa suatu sisi manfaat yang signifikan bagi pembangunan bangsa dan tanah air, baik science dasar itu sendiri maupun aplikasinya kelak.
http://netsains.com/2010/05/ketika-sains-dasar-tak-lagi-dianggap-penting/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+netsains+%28Netsains.Com%29