Kata Kunci: dioksida, rintangan, solar, titanium
Para peneliti telah selangkah ke depan dalam mengatasi salah satu kunci rintangan dalam mengembangkan sel solar berbiaya murah berbasis zat warna yang dilapisi titanium dioksida.
Dye-sensitised solar cells (DSCs) ditemukan oleh Michael Grätzel dan Brian O’Regan 20 tahun lalu, dan meliputi suatu film tipis dari titanium dioksida yang dilapisi dengan zat warna berbasis ruthenium, dalam hubungannya dengan elektrolit redox.
Sel solar berbasis zat warna dapat menawarkan suatu alternative yang sangat murah terhadap photovoltaic berbasis silikon
Para peneliti telah selangkah ke depan dalam mengatasi salah satu kunci rintangan dalam mengembangkan sel solar berbiaya murah berbasis zat warna yang dilapisi titanium dioksida.Dye-sensitised solar cells (DSCs) ditemukan oleh Michael Grätzel dan Brian O’Regan 20 tahun lalu, dan meliputi suatu film tipis dari titanium dioksida yang dilapisi dengan zat warna berbasis ruthenium, dalam hubungannya dengan elektrolit redox.
Sel solar berbasis zat warna dapat menawarkan suatu alternative yang sangat murah terhadap photovoltaic berbasis silikon
Saat sistem berbasis zat warna kurang efisien dalam mengubah energi solar ketimbang sel – sel photovoltaic yang terbuat dari silikon, kelihatannya mereka berubah menjadi sangat murah untuk diproduksi dan lebih serba guna pada sejumlah aplikasinya dimana membuat mereka mempunyai prospek komersil yang atraktif.
Ketika energi sinar memasuki sel, maka akan dilepaskan suatu electron dari zat warna tersebut, yang mana masuk kedalam TiO2 dan mendifusi suatu elektroda. Lalu, elektrolit ini mensuplai beberapa electron kembali pada zat warna untuk dihasilkan kembali. Maka dari itu, dengan menemukan suatu elektrolit yang stabil telah membuktikan suatu tantangan yang signifikan.
Elektrolit yang paling efisien telah ditemukan sejauh ini yang didasarkan pada pasangan iodide/triiodide. Oleh karena itu, hal ini menyerap suatu proporsi sinar yang secara potensial berguna dan bersifat korosif terhadap kontak listrik berbasis perak, yang menyebabkan beberapa kesulitan dalam pembuatan suatu alat yang tahan lama dan canggih. Sejumlah system yang bebas iodide telah diselidiki, namun sel – sel tersebut secara signifikan mempunyai efisiensi yang paling rendah dalam mengubah sinar menjadi tenaga listrik.
Saat ini, sebuah tim yang dipimpin oleh Grätzel, yang berada pada Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne, telah mendemonstrasikan suatu elektrolit baru berbasis pasangan redox disulfide/thiolate dengan menggunakan 5-mercapto-1-methyltetrazole. Beberapa sel yang menggunakan elektrolit ini menunjukkan mempunyai efisiensi tenaga konversi sebesar 6.4 persen dibawah kondisi pengujian iluminasi standar – dibandingkan dengan sistem berbasis iodide yang sama dan lebih tinggi dari pada sel – sel bebas iodide lainnya. Elektrolit ini menghidari permasalahan korosi yang dikaitkan dengan iodide dan telah meningkatkan properti optisnya.
‘Suatu efisiensi dari 6.4 persen yang diperoleh dibawah sinar matahari penuh menciptakan suatu suatu tolak ukur baru bagi iodide bebas DSCs,’ kata para peneliti, yang menambahkan bahwa pasangan redox baru ini ‘memberikan suatu jalur yang aktif dalam mengembangkan DSC yang efisien dengan properti atraktif dalam menskalakan dan aplikasi praktisnya’.
Neil Roberston, yang meneliti DSC pada University of Edinburgh di Inggris mengatakan, ‘Ini tentu saja suatu kemajuan yang sangat menjanjikian. Ini bukan saja untuk pertam kalinya bahwa beberapa alternative terhadap iodide telah dikembangkan, namun hal ini menunjukkan alternatif yang paling baik sebelumnya. Elektrolit ini merupakan permasalahan yang diketahui dalam pembuatan dan penggunaan jangka panjang dari sel – sel tersebut, sehingga hal ini sangatlah penting untuk mengalamatkan permasalahan tersbut bagi masa depan peralatan tersebut dan membuka aplikasi mereka lebih luas lagi.’
Ketika energi sinar memasuki sel, maka akan dilepaskan suatu electron dari zat warna tersebut, yang mana masuk kedalam TiO2 dan mendifusi suatu elektroda. Lalu, elektrolit ini mensuplai beberapa electron kembali pada zat warna untuk dihasilkan kembali. Maka dari itu, dengan menemukan suatu elektrolit yang stabil telah membuktikan suatu tantangan yang signifikan.
Elektrolit yang paling efisien telah ditemukan sejauh ini yang didasarkan pada pasangan iodide/triiodide. Oleh karena itu, hal ini menyerap suatu proporsi sinar yang secara potensial berguna dan bersifat korosif terhadap kontak listrik berbasis perak, yang menyebabkan beberapa kesulitan dalam pembuatan suatu alat yang tahan lama dan canggih. Sejumlah system yang bebas iodide telah diselidiki, namun sel – sel tersebut secara signifikan mempunyai efisiensi yang paling rendah dalam mengubah sinar menjadi tenaga listrik.
Saat ini, sebuah tim yang dipimpin oleh Grätzel, yang berada pada Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne, telah mendemonstrasikan suatu elektrolit baru berbasis pasangan redox disulfide/thiolate dengan menggunakan 5-mercapto-1-methyltetrazole. Beberapa sel yang menggunakan elektrolit ini menunjukkan mempunyai efisiensi tenaga konversi sebesar 6.4 persen dibawah kondisi pengujian iluminasi standar – dibandingkan dengan sistem berbasis iodide yang sama dan lebih tinggi dari pada sel – sel bebas iodide lainnya. Elektrolit ini menghidari permasalahan korosi yang dikaitkan dengan iodide dan telah meningkatkan properti optisnya.
‘Suatu efisiensi dari 6.4 persen yang diperoleh dibawah sinar matahari penuh menciptakan suatu suatu tolak ukur baru bagi iodide bebas DSCs,’ kata para peneliti, yang menambahkan bahwa pasangan redox baru ini ‘memberikan suatu jalur yang aktif dalam mengembangkan DSC yang efisien dengan properti atraktif dalam menskalakan dan aplikasi praktisnya’.
Neil Roberston, yang meneliti DSC pada University of Edinburgh di Inggris mengatakan, ‘Ini tentu saja suatu kemajuan yang sangat menjanjikian. Ini bukan saja untuk pertam kalinya bahwa beberapa alternative terhadap iodide telah dikembangkan, namun hal ini menunjukkan alternatif yang paling baik sebelumnya. Elektrolit ini merupakan permasalahan yang diketahui dalam pembuatan dan penggunaan jangka panjang dari sel – sel tersebut, sehingga hal ini sangatlah penting untuk mengalamatkan permasalahan tersbut bagi masa depan peralatan tersebut dan membuka aplikasi mereka lebih luas lagi.’
Simon Hadlington
Referensi
M Wang et al., Nature Chem., 2010, DOI: 10.1038/nchem.610

Sebanyak tiga Bis Besar terdiri dari 110 Siswa dan 20 orang guru pendamping dari dua SMA Muhammadiyah Kab. Sragen berkunjung ke Prosi Ilmu Kimia UII pada Hari Sabtu, 29 Oktober 2011. Kedua SMA itu adalah SMA Muh. 3 Masaran dan SMA Muh. 2 Gemolong. Hadir pada kesempatan tersebut Bapak Riyanto, Ph.D. Selaku KaProdi Ilmu Kimia, Didampingi langsung oleh SekProdi Ilmu Kimia Bapak Tatang Shabur Julianto, M.Si. Hadir pula dewan dosen Prodi Ilmu Kimia Ibu Dr. Noor Fitri, M.Si. dan Bapak Dwiarso Rubiyanto, M.Si. yang sekaligus ikut menyambut Kedatangan tamu dari Sragen tersebut.
Dalam sambutannya bapak Riyanto menyampaikan rasa senang dan bahagianya bisa bersilaturrahmi dengan siswa dan guru SMA Muh. 3 Masaran dan SMA Muh. 2 Gemolong Kab. Sragen. "Kami sangat berterima kasih atas kunjungan Bapak/Ibu dan adek-adek sekalian, selamat datang di Prodi Ilmu Kimia UII" ungkapnya.
Setelah melakukan kerjasama dengan berbagai kalangan pendidikan seperti SMK N 2 Depok, SMKN Kimia Panjatan dan MGMP Kimia Kab. Sragen, Serta satu lembaga riset yaitu LIPI Yogyakarta, maka Prodi Ilmu Kimia FMIPA merambah kerjasamanya dengan stake holder lainnya di bidang industri. Belum lama ini Prodi Ilmu Kimia menjajaki kerjasama dengan PT. Sinar Syno Kimia, Bekasi yang merupakan salah satu perwakilan industri. Kerjasama dengan PT. Sinar Syno Kimia tersebut tertuang di dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Riyanto, Ph.D mewakili Prodi Ilmu Kimia dan Bapak Irwan Raharja, SE., MM selaku Manajer SDM dan Legal mewakili PT. Sinar Syno Kimia. Proses pendandatangan MoU dilakukan di PT. Sinar Syno Kimia, Cikarang Kab, Bekasi pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2011.
Dalam acara penandatanganan MoU tersebut, Bapak Riyanto berkesempatan memberikan sambutan. Setelah manyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak PT. Sinar Syno Kimia atas penerimaan rombongan dan kesediaanya menandatangani MoU, Beliau menyampaikan: ”Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan hibah yang didapatkan oleh Prodi Ilmu Kimia FMIPA UII. Hibah ini bernama Program Hibah Kompetisi (PHK) untuk seluruh Program Studi di lingkingan UII. Dengan tujuan untuk meningkatkan akreditasi Prodi dari B menjadi A. Sehingga kegiatan memperluas jaringan kerjasama ini sangat besar pengaruhnya pada peningkatan akreditasi Prodi Ilmu Kimia nantinya”.
Saya mendengar bahwa tubuh kita membutuhkan sedikit unsur logam. Akan tetapi, tubuh kita terutama terdiri dari senyawa organik. Mengapa tubuh kita membutuhkan unsur logam?Bagaimana unsur logam bekerja dalam tubuh kita?

Lima perempuan peneliti Indonesia raih penghargaan L'Oreal Indonesia National Fellowship For Women In Science 2011, dan berhak mendapatkan hadiah berupa bantuan dana penelitian masing-masing Rp70 juta.
Pemberian penghargaan ini, merupakan kerja sama PT L'Oreal Indonesia dengan Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco Kementerian Pendidikan Nasional.
Menanggapi prestasi tersebut Rektor UII Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., menyampaikan apresiasinya atas prestasi yang telah berhasil diraih, “ini merupakan prestasi yang membanggakan, diperoleh melalui kompetisi yang ketat dan diikuti oleh para peneliti profesional di tanah air,” ungkapnya.


