PT Pertamina (Persero) adalah badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Saat ini, Pertamina berkomitmen mendorong proses transformasi internal dan pengembangan yang berkelanjutan guna mencapai standar international dalam pelaksanaan operasional dan tata kelola lingkungan yang lebih baik, serta peningkatan kinerja perusahaan sebagai sasaran bersama. Sebagai perusahaan migas nasional, Pertamina berkomitmen untuk mewujudkan keseimbangan antara pencapaian keuntungan dengan kualitas layanan publik. Dengan 51 tahun pengalaman menghadapi tantangan di lingkungan geologi di Indonesia, Pertamina merupakan perintis pengembangan usaha gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG).
Lingkup usaha Pertamina termasuk dalam melakukan eksplorasi dan produksi migas; pengolahan kilang minyak, manufaktur dan pemasaran produk-produk energi dan petrokimia; pengembangan BBM nabati, tenaga panas bumi dan sumber-sumber energi alternatif lain.
Kegiatan operasi dan fasilitas infrastruktur Pertamina tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pertamina melayani kebutuhan energi bagi lebih dari 220 juta rakyat Indonesia.
Dalam rangka memperkuat daya saing menuju perusahaan nasional minyak dan gas kelas dunia, PT. Pertamina (persero) membutuhkan para professional handal untuk mengisi posisi :

LULUSAN BARU (FRESH GRADUATES)
klik di sini

TENAGA BERPENGALAMAN (EXPERIENCED)
klik disini

 Peneliti di Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah metode semi-otomatis dalam menghasilkan ion-ion untuk titrasi bebas-kalibrasi.
Erick Bakker di Purdue University, Indiana, dan rekan-rekannya telah menggunakan sebuah membran polimer selektif-ion (yang biasanya digunakan mendeteksi ion-ion) untuk menghasilkan ion. Para peneliti ini mengatakan bahwa pengaplikasian pulsa arus melintasi membran ini bisa menyebabkan terlepasnya ion dalam jumlah yang dapat ditentukan.
Ion-ion yang terlepas kemudian dideteksi melalui sebuah elektroda polimer yang serupa. Para peneliti ini menunjukkan bahwa sistem ini bisa digunakan untuk berbagai tipe titrasi elektrokimia dan mampu melakukan pendeteksian dengan batas deteksi nanomolar.

Mereka mengatakan bahwa dengan beberapa penyesuaian, metode ini bisa digunakan untuk melepaskan berbagai ion secara elektrolisis, dan bisa terbukti lebih praktis dibanding sistem penyaluran reagen yang ada sekarang. Khususnya, metode ini bisa menggantikan titrasi kimia tradisional, karena larutan baku tidak lagi diperlukan dan ukuran sampel yang kecil tidak akan jadi masalah, kata Bakker.
Menurut Bakker, sistem ini bisa digunakan untuk membuat sebuah miniatur piranti titrasi bebas kalibrasi. Metode ini digunakan dalam aplikasi kedokteran termasuk menghasilkan dan mendeteksi ion-ion logam seperti magnesium, dan protein nuklear manusia seperti heparin (yang penting untuk pembekuan darah).
Frank Davies, seorang spesialis dalam bidang bioeletkrokimia di Cranfield University mengatakan metode pelepasan ion bisa sangat bermanfaat dalam titrasi-titrasi elektrokimia. "Teknik ini bisa menjadi pilihan utama karena tidak memerlukan lagi kalibrasi," kata Davies.

Oleh: Soetrisno
Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/

PT Heinz ABC Indonesia

As one of the worlds largest consumer goods companies, and fastest growing Indonesian business, we are looking for dynamic candidates that strive for excellence to join our team as:

Process Developer Spv
(Jakarta Raya – Daan Mogot)

Responsibilities:

1. Responsible for implementation of Risk Assesment related to product & Packaging as well as Specification Development and Approval
2. To Prepare process design work for new products, to make the process description in the process sheet, to do batch trial and monitoring process, to make process improvements of the existing products for quality improvement and cost reduction
3. Completion of BOM Audit and Item Master
4. Establish ISO documentation system for processing

Requirements:

1. University Degree in Food Technology / Chemistry From Reputable University
2. Has experience 2 years in similar position (Consumer Goods / Beverage Company)
3. Having experience as Production Supervisor will be advantage
4. Male, Maximum age 35 years old
5. Fluent in English both oral & written
6. Good knowledge of process equipments, GMP and Production Process
7. Problem Solver, Committed , Comercial mind, good in planning and organizing, good in personal adaptability
8. Applicants should be Indonesian citizens or hold relevant residence status.
9. We accept nothing less than the highest qualities.  If you are such individuals, please submit a comprehensive resume, with current and expected salary details and recent photograph no later than 14 days from the date of advertisement to:

(c.d 18 March 2009)

[email protected]

{mosimage}Sebuah herbisida yang berpotensi berbahaya bisa dihilangkan dari air dengan efisiensi tinggi menggunakan sebuah metode yang dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan di Amerika Serikat.
James Economy di University of Illionis, Urbana-Champaign, Amerika Serikat, dan rekan-rekannya telah membuat sebuah serat teraktivasi kimiawi yang bertindak sebagai filter untuk menghilangkan atrazin dari air.
Atrazin, salah satu herbisida yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat, ditemukan dalam air minum yang terdapat di negara tersebut. Meskipun efeknya terhadap manusia belum diketahui, James Economy mengatakan zat ini merupakan karsinogen potensial dan bisa mengganggu produksi hormon-hormon normal. Agen Proteksi Lingkungan (EPA) Amerika Serikat telah menentukan tingkat kontaminan maksimum sebesar hanya 3 bagian per milyar (ppb) untuk air minum.

Menurut James Economy, penghilangan atrazin dari air sangat esensial, bukan hanya di Amerika Serikat tetapi juga di negara lain seperti di China. "Penting untuk menghilangkan material toksik ini dari air-air permukaan yang muncul dari herbisida-herbisida kiriman dari lahan perkebunan," paparnya.
Saat ini metode perlakuan air yang paling baik menggunakan karbon-karbon teraktivasi − material-material berpori dengan luas permukaan yang sangat tinggi − yang menyerap atrazin. Akan tetapi, telah diketahui bahwa ukuran pori dari karbon yang teraktivasi bisa memiliki efek yang kuat terhadap kemampuan karbon teraktivasi untuk menyerap atrazin, dan sehingga zat organik bisa memblokir pori-porinya.
James Economy membuat sebuah bentuk berserat dari karbon teraktivasi. Ini dibuat dengan melapisi sebuah serat kaca dengan sebuah resin polimer bersama dengan sebuah katalis untuk "mengaktivasinya". Filter berserat tersebut kemudian dirakit menjadi sebuah catridge untuk digunakan. Dia menemukan bahwa sistem ini lebih efisien dalam menghilangkan atrazin dari air sampai kadar dibawah 3 ppb yang direkomendasikan dibanding karbon-karbon teraktivasi granular yang tersedia di pasaran.

Disadur dari: http://rsc.org/chemistryworld/
Oleh: Soetrisno

{mosimage}Belum lama ini, ada hal baru di lingkungan Laboratorium Ilmu Kimia FMIPA yaitu pergantian Pengelola Mulai Dari Koorlab sampai Kalab baik untuk Laboratorium Kimia Dasar maupun Laboratorium Kimia Lanjut. Ada tiga orang dosen di Program D3 Kimia Analis mengemban amanah baru menjadi pejabat di lingkungan Laboratorium Ilmu Kimia FMIPA UII.  Ketiga orang tersebut adalah Reni Banowati  Istiningrum, S.Si yang menggantikan Dwiarso Rubiyanto, M.Si  sebagai Koordinator Laboratorium (Koorlab). 
Penggantian tersebut dilakukan karena Pak Arso panggilan Dwiarso Rubiyanto, M.Si melanjutkan pendidikannya di Program Doktor Ilmu Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 

Pejabat baru yang kedua adalah Yuli Rohyami, S.Si sebagai Kepala Laboratorium Kimia Lanjut yang menggantikan Jamalul Lail S.Si. Jamalul Lail, S.Si berganti posisi jabatanya menjadi Kepala Laboratorium Kimia Dasar.  Laboratorium tersebut sebelumya dipimpin oleh Tatang Shabur Julianto, M.Si.  Pelimpahan wewenang tersebut disebabkan Tatang Shabur Julianto, M.Si lebih memilih berkonsentrasi untuk mengawal akademik dengan menjadi Ketua Program D3 Kimia Analis sampai tahun 2010. 
Pejabat-pejabat baru yang ada di Laboratorium Ilmu Kimia merupakan orang-orang muda yang sangat diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas laboratorium.  Adapun profil dari ketiga pejabat tersebut selengkapnya sebagai berikut:

Koordinator Laboratotium (Koorlab)
Nama  : Reni Banowati Istiningrum, S.Si. 
NIDN  : 0508118001
Mata Kuliah yang diampu :
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Pengetahuan Bahan Kimia
3. Kimia Anorganik
4. Teknik Sampling
5. Prkatikum Kimia Anorganik
6. Praktikum Fisika

Kepala Laboratorium Kimia Lanjut
Nama  : Yuli Rohyami, S.Si (sedang melanjutkan S2 di UGM)
NIDN  : 0516078001
Mata Kuliah yang diampu:
1. Kimia Dasar
2. Kimia Fisika
3. Praktikum Kimia Fisika
4. Teknik Laboratorium

Kepala Laboratorium Kimia Dasar
Nama  : Jamalul Lail, S.Si.
NIDN  : 0503117901
Mata Kuliah yang diampu :
1. Teknik Validasi Metode
2. Kimia Organik
3. Praktikum Kimia Organik
4. Kewirausahaan.

Hardjono Sastrohamidjojo
Professor in Organic Chemistry/Essential oil of the Department of Chemistry
Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia.

Abstract

Indonesia is major producer of several essential oils. These products such as citronella oil, clove leaf oil, cannanga oil, vetiver oil, and patchouli oil are exported mostly to USA and Europe. Indonesia does not use these oils for own chemical processing. Apparently until now there is little interest for the conversion of raw materials to more valuable products. In fact by selling these oils money is readily obtained but on other hand much money is spent for buying products from abroad that are produced from these oils. Much literature exists on the importance of essential oils including their utilization. Some essential oils can be used as such in perfume compositions, for example, cannanga oil, vetiver oil and patchouli oil, but others such as citronella oil, clove leaf oil, peppermint oil and turpentine can better be processed first;  furthermore their chemical modification leads to valuable products. As far as we know there is still little experience in Indonesia concerning the processing of essential oils and their utilization, also the analysis methods used for quality controls are old-fashioned. We hope that our work stimulates the interest in chemical processing of essential oils and results in better production methods, greater skill and greater demand for labors. We are convinced that stronger ties between industry and universities are mutually advantageous and beneficial for the country. New industrial activities can emerge from university research.

Keywords: Essential oils, valuable products, industry

Download

{mosimage}Ilmuwan di Inggris telah menggunakan cahaya untuk memisahkan campuran-campuran kimia yang kompleks. Metode ini bisa digunakan untuk merecovery produk-produk bernilai tinggi dan nanopartikel-nanopartikel katalitik dari campuran-campuran reaksi, klaim mereka.
Julian Eastoe, di Universitas Bristol, dan rekan-rekannya menambahkan surfaktan sensitif-permukaan ke dalam mikroemulsi. Ketika mereka menyinari campuran tersebut dengan sinar UV, surfaktan menyebabkan fase minyak dan fase air dalam emulsi berpisah.
Sebelumnya, para peneliti bergantung pada panas, perubahan pH, atau penambahan garam untuk memisahkan fase-fase dalam mikroemulsi. Metode yang baru ini tidak merubah komposisi kimia mikroemulsi atau menggunakan energi yang sama banyaknya dengan pemisahan yang menggunakan panas.
"Kami cukup kagum dengan peluang-peluang yang ditawarkan oleh partikel-partikel teraktivasi cahaya, koloid, dan interfase-interfase. Ini akan lebih memperkaya bidang teknik kimia" kata Eastoe. Yang lebih penting lagi, tambah Eastoe, pemisahan-pemisahan ini bersifat reversibel. Setelah sebuah sampel yang terdispersi dipisahkan, sampel tersebut bisa didispersi lagi dan kemudian dipisahkan kembali. "Penelitian ini menunjukkan mungkinnya membuat koloiod yang dipicu oleh cahaya," kata dia.
{mosimage}
Ketika sinar UV disinarkan ke emulsi, surfaktan menyebabkan fase minyak dan air berpisah

"Yang sangat menarik tentang penelitian ini adalah bahwa melalui penambahan sedikit surfaktan fotoresponsif, mereka telah mentransformasi mikroemulsi konvensional menjadi sebuah sistem fotoresponsif," kata Ted Lee, seorang ahli di bidang sistem surfaktan responsif di Universitas California Selatan, Los Angeles, Amerika Serikat.
Metode baru ini bisa digunakan dalam sistem pelepasan dan penyaluran teraktivasi-cahaya untuk farmaseutik dan agrokimia, papar Eastoe. Tetapi dia mengatakan tantangan selanjutnya adalah bagaimana membuat surfaktan-surfaktan fotoresponsif yang murah, aman dan ramah lingkungan.

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/
Oleh : Soetrisno

{mosimage}Peneliti geokimia di Jerman mengklaim bahwa botol-botol plastik secara terus menerus melepaskan unsur antimonium (Sb) ke dalam air minum.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Bill Shotyk di University of Heidelberg menguji air-air yang dikemas dalam botol di daerah yang sama di Canada.
Air yang dikemas dalam botol polietilen tereftalat (PET) mengandung hingga 375 ppt antimonium, sedangkan air dalam botol polipropilen mengandung hanya 8,2 ppt antimonium. Tiga bulan kemudian, air dalam botol PET mengandung hingga 626 ppt antimonium. PET dibuat dengan menggunakan katalis antimonium.
Kelompok peneliti Shotyk menguji air tanah yang berasal dari daerah yang sama di Canada, dengan menggunakan alat penganalisis biji es yang sangat sensitif. Kadar antimonium yang mereka temukan sangat rendah (2 ppt). Laporan-laporan terdahulu melaporkan kandungan rata-rata 300 ppt.
"Saya tidak yakin berapa banyak lab di luar sana yang benar-benar bisa mengukur berapa banyak antimonium yang terdapat dalam air tanah, kebanyakan orang memiliki batas deteksi yang jauh di atas nilai alami pada air tanah," kata Shotyk.
Kadar antimonium dalam air botol yang diteliti ini lebih rendah dari kadar pengkontaminasi maksimum yang dianjurkan oleh EPA Amerika Serikat, yakni 6 bagian per juta. Shotyk lebih khawatir bahwa antimonium terus menerus terlepas ke dalam air dalam kemasan botol. "Yang ingin saya tunjukkan bukan bahwa air-air botol ini terkontaminasi oleh antimonium," kata dia, "tetapi hal yang penting adalah bahwa antimonium secara terus menerus dilepaskan dari botol ke dalam air".
David Coggan, seorang ahli epidemiologi dari unit epidemiologi lingkungan MRC di Southampton, Inggris, menunjukkan sikap yang berhati-hati dalam menanggapi temuan ini. Hasil yang ditunjukkan oleh Shotyk masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut sebelum implikasi kesehatannya bisa dibahas, kata dia, sebagian karena masih sedikit yang diketahui tentang toksisitas antimonium. "Penting untuk memikirkan tentang rentang dosis berapa yang akan didapatkan oleh orang yang meminum air tersebut," kata Coggan. Meski demikian, Shotyk yang menemukan temuan ini tidak lagi meminum air yang dikemas dalam botol-botol PET.

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/
Oleh : Soetrisno

{mosimage}Mungkinkah pisang-pisang masak akan menjadi glowstick yang baru untuk klub-klub malam? Buah yang berwarna kuning ini bersinar biru terang dibawah sinar UV, sebuah temuan yang mengejutkan pada peneliti di Austria. Intensitas pancaran sinar biru mencapai puncak pada saat buah ini dalam kematangan sempurna untuk dimakan.
Bernhard Kräutler dan rekan-rekannya di Universitas Innsbruck menemukan fenomena ini pada saat sedang mencari bahan-bahan kimia yang menyebabkan timbulnya warna kuning pada kulit pisang. Mereka mencelupkan pisang-pisang segar ke dalam nitrogen cair untuk mengekstrak senyawa-senyawa tersebut dan kemudian menganalisisnya dengan HPLC. "Kami sangat terkejut karena beberapa diantaranya memancarkan sinar biru," kata Kräutler ke Chemistry World.
Fluoresensi ini, yang tidak ditemukan pada tanaman atau buah lain manapun, tampaknya berasal dari produk-produk penguraian dari klorofil − yang mana dalam buah pisang memerlukan waktu lebih lama dari biasanya untuk dikonversi menjadi senyawa-senyawa yang tidak berwarna. Mereka kemudian menyelidiki kulit-kulit pisang yang masak alami dan masak buatan dibawah sinar ultraviolet dan menemukan pancara sinar biru terang. "Yang paling mengherankan kami adalah bahwa belum ada seorang pun yang melaporkan hal ini sebelumnya," tambah Kräutler.

 

{mosimage}
Pisang masak menyala biru dibawah sinar UV

Klorofil penyerap cahaya berada di balik kimia warna buah tersebut. Klorofil penting bagi pisang untuk tumbuh dan bertanggung jawab untuk warna hijau pada buah pisang yang belum masak. Tetapi jika sudah masak dan siap untuk dimakan, klorofil dengan cepat terurai − menyebabkan warna kuning dari karotenoid menjadi dominan dalam kulit pisang.

 {mosimage}
Klorofil (kiri) terurai menjadi Mc-FCC-56 fluoresens biru

Peranan di alam
Seperti halnya peranan yang dimiliki zat kimia ini dalam lingkungan, kemungkinan banyak peran-peran lain yang dimiliki. Kräutler berspekulasi bahwa dibawah sinar matahari langsung, fluoresensi biru kemungkinan berkontribusi bagi warna kuning terang yang khas dari pisang, dan memungkinkan untuk ditemukan lebih mudah oleh makhluk-makhluk yang memakannya. Philip Rea di Universitas Pennsylvania, US, juga terkejut dengan temuan ini, tetapi kurang yakin dengan peranan tersebut yang dimiliki oleh senyawa ini di alam. "Banyak hewan pemakan buah yang memakan pisang, misalnya kelelawar buah, yang beroperasi di malam hari." Yang lainnya bergantung pada penciuman, atau memerlukan jarak pandang yang sangat sempit untuk menemukan emisi biru tersebut.
Dugaan lain adalah bahwa senyawa-senyawa fluoresens biru ini bisa memegang peranan biologis, misalnya mengkatalisis reaksi-reaksi tertentu atau mungkin hanya melindungi pisang dari sinar UV yang memungkinkan buah tetap segar dalam jangka waktu yang lebih lama. Tim Kräutler masih terus meneliti dan sekarang ini beralih ke buah-buah lain yang memiliki perilaku serupa dengan pisang.
Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/
Oleh : Sutrisno 
{mosimage} Ilmuwan di Jepang telah membuat sebuah sel bahan-bakar hayati (biofuel cell) yang menghasilkan energi yang cukup untuk menjalankan sebuah mp3 player atau mobil remot mainan.
Dengan terinspirasi oleh proses pembangkitan energi pada makhluk-makhluk hidup, Tsuyonobu Hatazawa, dari Sony Corporation, Kanagawa, dan rekan-rekannya membuat sebuah bio-baterai yang menghasilkan listrik dari glukosa dengan menggunakan enzim sebagai katalis.
Sel biofule yang sederhana terdiri dari sebuah anoda dan sebuah katoda yang dipisahkan oleh sebuah membran penghantar foton. Sebuah bahan bakar terbaharukan, seperti gula, dioksidasi oleh mikroorganisme-mikroorganisme pada anoda, menghasilkan elektron dan proton. Proton berpindah melalui membran ke katoda sedangkan elektron ditransfer ke katoda melalui sebuah sirkuit eksternal. Elektron dan proton bergabung dengan oksigen pada katoda membentuk air.
Sampai sekarang, output energi dari sel-sel biofuel masih terlalu rendah untuk pengaplikasian praktis. Transfer elektron pada sebuah sel biofuel bisa berlangsung lambat sehingga Hatazawa menggunakan sebuah turunan naftoquinon − yang dikenal sebagai mediator transfer elektron − untuk mengacak elektron-elektron antara elektroda dan enzim. Ini meningkatkan kepadatan arus − sebuah ukuran laju dari reaksi elektrokimia − dan meningkatkan luaran daya.
Untuk lebih meningkatkan kepadatan arus, Hatazawa memadukan mediator tersebut dan enzim ke dalam sebuah anoda serat-karbon. Daerah permukaan yang luas dan porositas elektroda menghindari terjadinya gangguan transport glukosa dan mempertahankan aktivitas enzim. Mereka menggunakan rancangan yang serupa untuk mengoptimalkan katoda sehingga menyuplai oksigen yang cukup ke sel bahan bakar. Pada saat mereka menumpuk empat sel ini bersama-sama, mereka mencapai luaran daya sebesar 100 miliwatt − cukup untuk menjalankan sebuah mp3 player dengan speaker atau mobil remot yang kecil.

{mosimage}
Empat unit sel biofuel dalam rangkaian bisa menyalakan sebuah mp3 player lengkap dengan speaker

Adam Heller, seorang ahli di bidang bioelektrokimia dari Universitas Texas di Austin, Amerika Serikat, mengatakan penelitian ini "akan menjadi cikal bakal lahirnya sel-sel biofuel yang bermanfaat, setelah bertahun-tahun dilakukan penelitian yang tak kunjung membuahkan hasil".
Disadur dari : http://www.rsc.org/chemistryworld/
                     Oleh Soetrisno

sumber : http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=210