Sosok M. Decki ISkandar, S.Si., MM., merupakan jebolan Prodi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Aalam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) tahun 2004. Decki lahir di Mataram, 22 Januari 1981 mulai mengenyam bangku kuliah pada tahun 1999 dan mengabil Jurusan Stata 1 Ilmu Kimia. Setelah lulus dari S1 ia pun segera kembali ke tanah kelahirannya di Lombok, Nusa Tenggara barat (NTB). Dia bertekat untuk mengabdi dan membangun daerahnya dengan bekal ilmu yang telah diperolehnya sewaktu duduk di bangku kuliah.
Rupanya Tekad yang bulat itu akhirnya menjatuhkan pilihannya di rumah sakit milik pemerintah daerah RSUD Provinsi NTB sebagai Satf Instalasi Laboratorium Klinik mulai April 2005-2008. Untuk mendukung karir dan menambah ilmu serta wawasannya, alumni MTs dan MA ponpes Nurul Hakim Kediri Lombok Barat tersebut pada tahun 2012 menempuh S2 Magister Manajemen di Universitas Mataram dan lulu di tahun 2013.
Perjalanan kari suami dari Nur'aini, S.Pd. dan ayah dari M. Fayyadh Sya'bana Rahmatillah ini cukup dibilang gemilang. Perjuangan selama mengabdi di rumah sakit berplat merah tersebut berbuah manis. Mulai tahun 2008 mantan aktivis LEM dan unit keagamaan "Jama'ah Al Guroba tersebut diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai staf Subbag Penyusunan Program Bagian Perencanaan dan Pengembangan. Karena kegigihan dan keuletan serta kemampuan yang mumpuni, akhirnya sosok yang beramat di Jl. TGH. M. Siddiq No. 25 Karang Anyar, Kelurahan Monjok Barat, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram 83122 NTB tersebut menduduki sebagai Manajer Perencanaan dan Pengembangan di RSUD Mataram NTB sampai sekrang ini.
Rupanya Tekad yang bulat itu akhirnya menjatuhkan pilihannya di rumah sakit milik pemerintah daerah RSUD Provinsi NTB sebagai Satf Instalasi Laboratorium Klinik mulai April 2005-2008. Untuk mendukung karir dan menambah ilmu serta wawasannya, alumni MTs dan MA ponpes Nurul Hakim Kediri Lombok Barat tersebut pada tahun 2012 menempuh S2 Magister Manajemen di Universitas Mataram dan lulu di tahun 2013.
Perjalanan kari suami dari Nur'aini, S.Pd. dan ayah dari M. Fayyadh Sya'bana Rahmatillah ini cukup dibilang gemilang. Perjuangan selama mengabdi di rumah sakit berplat merah tersebut berbuah manis. Mulai tahun 2008 mantan aktivis LEM dan unit keagamaan "Jama'ah Al Guroba tersebut diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai staf Subbag Penyusunan Program Bagian Perencanaan dan Pengembangan. Karena kegigihan dan keuletan serta kemampuan yang mumpuni, akhirnya sosok yang beramat di Jl. TGH. M. Siddiq No. 25 Karang Anyar, Kelurahan Monjok Barat, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram 83122 NTB tersebut menduduki sebagai Manajer Perencanaan dan Pengembangan di RSUD Mataram NTB sampai sekrang ini.
Disela-sela waktu pelantikannya sebagai Ketua Ikatan Alumni Kimia UII wilayah Lombok NTB pada akhir Oktober 2015 kemarin, dia mengenang dan menceritakan pahit getirnya saat mencari perguruan tinggi. Ia menceritakan bahwa lulus dari SMA bertekat untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di universitas yang menurutnya sangat luar biasa, yang mencetak generasi "Agent of Chenge" yang berkualitas, berakhlakul karimah dan berintelktual Islami. Dan pilihan itu akhirnya jatuh di Universitas Islam Indonesia (UII). Saat itu Ia memilih salah satu program studi yang baginya langka dan unik, karena di daerahnya belum ada bidang studi tersebut. "Itulah yang membuat saya bangga menjadi lulusan Program Studi Kimia FMIPA UII" cetunya dengan bangga.
"Patut disyukuri bahwa apa yang saya lakukan selama perkuliahan dengan adanya bimbingan, arahan dan masukan dosen-dosen baik di bangku kuliah maupun di laboratorium mampu membuat saya bangga dan sedikit terharu yang luar biasa, karena tanpa adanya bimbingan dosen-dosen selama ini, maka saya tidak dapat sukses seperti sekarang ini" kenagnya.
Kepada UII News dia menceritakan kesibukan dan pengabdiannya sebagai abdi negara yang setiap harinya bertugas merencanakan segala kebutuhan dan kelengkapan dalam operasional Rumah Sakit, Tidak hanya itu, kegiatan yang ruang lingkupnya dengan pemerintah pusat pun ia geluti serta mengadvokasi anggaran yang ada di Kementrian Kesehatan yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Tugas Pembantuan (DTP) yang diberikan pusat untuk Pemerintah Daerah.
"Patut disyukuri bahwa apa yang saya lakukan selama perkuliahan dengan adanya bimbingan, arahan dan masukan dosen-dosen baik di bangku kuliah maupun di laboratorium mampu membuat saya bangga dan sedikit terharu yang luar biasa, karena tanpa adanya bimbingan dosen-dosen selama ini, maka saya tidak dapat sukses seperti sekarang ini" kenagnya.
Kepada UII News dia menceritakan kesibukan dan pengabdiannya sebagai abdi negara yang setiap harinya bertugas merencanakan segala kebutuhan dan kelengkapan dalam operasional Rumah Sakit, Tidak hanya itu, kegiatan yang ruang lingkupnya dengan pemerintah pusat pun ia geluti serta mengadvokasi anggaran yang ada di Kementrian Kesehatan yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Tugas Pembantuan (DTP) yang diberikan pusat untuk Pemerintah Daerah.