Kata Kunci: elektroplating, pelapisan logam

Pendahuluan dan Manfaat
Prinsip dasar pelapisan logam secara listrik adalah penempatan ion logam yang ditambah elektron pada logam yang dilapisi, yang mana ion-ion logam tersebut didapat dari anoda dan eletrolit yang digunakan.
Secara eletro kimia, prosesnya dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :

{mosimage}

Skema Pelaksanaan Pelapisan Logam Secara Listrik
Keterangan :
(1) Anoda (bahan pelapis);
(2) Katoda (benda kerja);
(3) Elektrolit; dan
(4) Sumber arus searah
Dengan adanya arus yang mengalir dari sumber maka elektron “dipompa” melalui eletroda positip (anoda) menuju eletroda negatip (katoda).  Dengan adanya ion-ion logam yang didapat dari eletrolit maka menghasilkan logam yang melapis permukaan logam lain yang dilapis.

PENDINGINAN DAN PEMANASAN ELEKTROLIT
Pelapisan logam pada satu jenis eletrolit mungkin bekerja pada suhu 50 derajat celsius, tapi pada jenis lain justru tidak boleh bekerja pada suhu panas,atau dengan perkataan lain harus bekerja pada suhu yang dingin.
Karena keadaan-keadaan itulah maka dibutuhkan pemanasan atau pendinginan eletrolit.  Untuk pemanasan eletrolit biasanya digunakan pemanas celup (immersion heater) yang dapat diatur suhunya.
Biasanya, pendinginan cairan elektrolit lebih jarang dilaksanakan dibandingkan dengan pemanasan.  Penyebabnya adalah bahwa operasi elektroplating lebih sering dilaksanakan pada suhu panas dari pada dilakukan dalam suhu ruangan.
Sedangkan untuk pendinginan elektrolit digunakan pipa-pipa pendingin. Cairan elektrolit diisap sehingga mengalir dalam pipa-pipa yang dicelup air atau didinginkan oleh udara.

PENYARINGAN
{mosimage}Pada saat pencampuran bahan kimia untuk membuat elektrolit, mungkin saja masih ada sisa bahan kimia yang tidak larut dan mengendap atau mengapung dalam cairan eletrolit.  Oleh karena itu, sebelum maupun selama proses eletroplating seringkali harus dilaksanakan penyaringan.
Penyaringan pada tahap pertama (sebelum proses pelapisan) dilakukan dengan 2 macam prosedur, yaitu :
1. Penyaringan dengan kain penyaring
2. Penyaringan dengan mesin penyaring
Cara pertama dilakukan untuk proses pelapisan pada tangki kecil. Adapun prosedurnya sebagai berikut : pencampuran bahan kimia dilakukan di tangki lain kemudian tuangkan eletrolit yang sudah jadi ke tangki elektrolit utama melalui kain penyaring.
Sedangkan cara kedua dilakukan untuk proses pelapisan pada tangki besar.  Prosedurnya dilakukan pencampuran bahan kimia langsung pada tangki elektrolit utama.  Setelah itu masukan slang-slang pengisap kedalam larutan.  Kemudian operasikan mesin penyaring selama kurang lebih setengah jam, sambil dilakukan pengadukan pada larutan elektrolit.

PENGADUKAN
Pada saat proses pelapisan logam berlangsung maka akan timbul gelembung-gelembung gas hidrogen (H2).  Selain itu juga akan timbul kotoran-kotoran akibat proses.  Gas hidrogen dan kotoran yang timbul dapat mengganggu proses pelapisan yang buruk.  Gas hidrogen yang timbul akan menyeabkan lobang-lobang kecil berupa titik-titik hitam  atau buram pada permukaan hasil pelapisan.  Hal ini sering disebut “pitting”.  Kadang juga kotoran akan menempel pada benda yang dilapis, sehingga permukaannya menjadi jelek dan berlapis.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka selama proses pelapisan harus dilakukan pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka gas hidrogen maupun kotoran tidak akan menempel pada permukaan benda yang dilapis sehingga tidak akan ada “pitting”.  Pitting yang disebabkan oleh adanya gas hidrogen tersebut selain menjadikan hasil pelapisan menjadi tampak buruk, juga menyebabkan kerapuhan hasil pelapisan.  Sifat rapuh ini akan nampak bila benda kerja dibengkokan, maka logam pelapis menjadi patah atau retak.
Pengadukan yang dilakukan terhadap eletrolit dikategorikan ke dalam 3 jenis menurut caranya, yaitu :
1. Pengadukan mekanik
Yang dimaksud dengan pengadukan mekanik adalah pengadukan dengan alat-alat mekanik, seperti : kipas, lempengan ayun dan lain sebagainya.
2. Pengadukan dengan udara
Cara pengadukan ini paling sering digunakan pada industri-industri karena mempunyai banyak kelebihan apabila dibandingkan dengan cara pengadukan mekanik. Dengan cara pengadukan udara, maka bagian yang masuk ke dalam elektrolit (untuk melakukan pengadukan) adalah hanya sebuah slang plastik.
Adapun proses pengadukannya yaitu, udara dikompresikan ke dalam kompresor, kemudian udara kompresinya dialirkan kedalam elektrolit dengan menggunakan slang plastik yang tahan bahan kimia.  Karena adanya udara bertekanan tadi, maka elektrolit akan teraduk.  Dengan mengatur tekanan udara yang keluar dari kompresor maka besar atau kuatnya pengadukan juga dapat diatur.
3. Pengadukkan Katoda
Berbeda dengan kedua cara pengadukan tadi, maka cara pengadukan katoda ini dilakukan tanpa mengaduk zat cair (elektrolit). Dalam hal ini, yang bergerak /bergoyang adalah katodanya. Dalam beberapa proses pelapisannya, justru ada yang lebih disarankan menggunakan cara ini dari pada menggunakan cara pengadukan dengan udara. Penggunaan cara pengadukan katoda umumnya dilakukan pada proses pelapisan yang tidak banyak menimbulkan gas hidrogen atau lainnya. Proses pelapisan dengan menggunakan cara pengadukan katoda diantaranya adalah pelapisan tembaga.

Bahan dan Peralatan
1. Benda yang akan dilapis.
2. Sikat, mesin gosok atau bahan-bahan kimia untuk membersihkan kotoran.
Adapun jenis kotoran yang perlu dibersihkan dengan bahan kimia :  
a) Minyak dan sejenisnya, termasuk gemuk, parafin, paslin, dan jenis bahan organik lainnya  
b) Karat dan oksida logam lainnya. Karat adalah oksida besi atau disebut juga korosi. Sedangkan pada logam lain juga terdapat oksida yang menempel pada permukaan logam tersebut.

Cara Pembersihan
A. Pembersihan secara kimia ada beberapa cara
, yaitu :  
1. Penguapan  
Cara ini dilakukan dengan menggunakan uap senyawa khlor hidrokarbon (chlorinated hydrocarbon) sebagai pembersih atau pengurai minyak. Penggunaan uap tersebut mempunyai keuntungan-keuntungan sbb :
a. kestabilan komposisi yang tinggi  
b. penguraian minyak atau paslin yang baik  
c. kepadatan uap yang tinggi  
d. tidak dapat terbakar atau menyala  
2. Pencelupan 
Pembersihan karat atau oksida logam yang lain biasanya menggunakan larutan kimia seperti asam chlorida, asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi larutan, suhu dan lama pencelupan yang berbeda-beda tergantung kepada jenis logam yang akan dibersihkan.

B. Pembersihan secara Listrik
Pembersihan secara listrik dibagi dua yaitu, pembersihan dari kotoran dan penghalusan atau sering disebut pemolesan secara listrik (elektropolishing).

Kaliurang-Nama Is Fatimah kembali muncul diantara 255 (Dua Ratus Lima Puluh Lima) nama peneliti yang dinyatakan lolos dalam Hasil Evaluasi Hibah Kompetitif Penelitian untuk Publikasi Internasional Batch I Tahun 2009. Hasil evaluasi tentang nama-nama peneliti yang dinyatakan lolos secara resmi dikeluarkan DP2M Dirjen DIKTI Depdiknas RI melalui Surat Resmi Nomor: 830/D3/PL/2008 dengan lampirannya yang menyebutkan sejumlah 255 nama peneliti yang dinyatakan lolos tersebut.
Dosen Jurusan/ Prodi Ilmu Kimia yang nama tidak asing di dunia penelitian khususnya di bidang kimia ini bukan pertama kali ini saja memenangkan hibah. Dosen yang mengantongi gelar M.Si. dan juga sedang menempuh S3/ Doktor di Universitas Gadjah Mada ini boleh dibilang salah satu peneliti kebanggaan yang dimiliki oleh Fakultas MIPA dan juga UII.

Dalam surat bertanda tangan Suryo Hapsoro Tri Utomo, Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dirjen Dikti terdapat 2 nama peneliti lain yang berasal dari Universitas Islam Indonesia, mereka adalah Hastuti Saptorini dan Muhammad Roy Purwanto. Bu Is sapaan akrabnya, berhasil meraih hibah kali ini dengan mengusung judul penelitian TiO2 Dispersed on Alumunium Pillared Monmorillonite and its photochatalytic Activity Toward Methylene Blue Decolorization. Sebuah prestasi yang patut untuk dibanggakan khususnya untuk keluarga besar FMIPA dan UII.
 
Download Surat dan Lampiran:
Surat DP2M Dirjen Dikti Depdiknas RI No. : 830/D3/PL/2008 (PDF)
Lampiran Surat No. : 830/D3/PL/2008 (PDF)

Kata Kunci: fluoresensi, merkuri
{mosimage}Ilmuwan di Korea Selatan telah mengembangkan sebuah penyelidik (probe) baru untuk logam merkuri yang bisa digunakan untuk pencitraan organ-organ makhluk hidup.
Merkuri merupakan salah satu polutan yang sangat toksik dan umum ditemui. Tetapi meskipun beberapa penyelidik fluoresensi telah ada untuk logam merkuri namun kebanyakan hanya mendeteksi bentuk anorganik dari logam ini; ada beberapa laporan tentang penyelidik untuk spesies merkuri organik seperti metilmerkuri. Meskipun demikian, unsur ini umum ditemukan dalam bentuk organik, yang lebih toksik dibanding merkuri anorganik karena lipofilisitasnya memungkinkan mereka melintasi membran-membran biologis. Konsekuensinya, cara-cara baru untuk mendeteksi spesies-spesies merkuri ini, khususnya pada organisme, sangat penting.

Sekarang, Kyo Han Ahn dari Pohang University of Science and Technology, Injae Shin dari Yonsei University dan rekan-rekannya telah memenuhi permintaan ini. Mereka telah mengembangkan penyelidik sederhana yang bereaksi baik dengan merkuri organik maupun anorganik menghasilkan sebuah produk fluoresen. Mereka telah menggunakan penyelidik (probe) ini untuk memantau spesies merkuri pada sel-sel mamalia dan organ-organ ikan zebra yang diinkubasi dengan merkuri organik.

{mosimage}

Penyelidik (probe) yang dikembangkan Ahn dan Shin bereaksi dengan merkuri untuk melepaskan suatu senyawa fluroesen

Meskipun penyelidik-penyelidik  sebelumnya untuk merkuri anorganik menggunakan ligan-ligan yang berbasis sulfur, pendekatan Ahn dan Shin memanfaatkan kimia yang berbeda, seperti dijelaskan oleh Amirla de Silva, seorang ahli di bidang sensor fluoresen di Queen’s University, Belfast, Inggris. “Ahn dan rekan-rekannya terinspirasi dari bidang reaksi oksimerkuri. Ini merupakan sebuah kemajuan konseptual yang menarik.” De Silva menambahkan bahwa karena reaksi antara penyelidik (probe) dan merkuri berlangsung ireversibel, maka penyelidik tersebut pada dasarnya adalah sebuah kemodosimeter – atau reagen – bukan sebuah sensor. “Meskipun demikian, sebuah kemodesimeter untuk metilmerkuri merupakan sebuah tahapan penting dalam memungkinkan pemantauan racun yang berbahaya ini.”
Ahn sepakat dan mengatakan penyelidik tersebut dapat menjadi bagian penelitian keracunan merkuri. “Sekarang kita sudah memiliki penyelidik molekuler yang bisa digunakan untuk meneliti dan menelusuri metilmerkuri toksik pada spesies hidup. Dengan menggunakan penyelidik ini, kita bisa meneliti distribusi dan perjalanan metilmerkuri dalam organisme,” paparnya.
Tahapan selanjutnya adalah membuat penyelidik yang lebih sensitif. “Salah satu isu yang paling menantang dalam pendeteksian merkuri adalah bagaimana membedakan merkuri anorganik dari metilmerkuri,” kata Ahn. “Kami belum sampai pada penyelidik seperti itu tetapi kami sedang berupaya keras untuk menemukannya suatu hari nanti.”
Disadur dari: Chemistry World
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/menjadikan-ikan-berfluoresensi-untuk-pendeteksian-merkuri/

Keluarga Besar Program Studi Ilmu KImia FMIPA UII
mengucapkan

S  E  L  A  M  A  T

kepada
Bapak Riyanto, M.Si., PhD.
atas Kelahiran Putri Ketiga

Semoga Menjadi Anak Yang Sholihah, berguna bagi Dakwah Islam, Bangsa dan Negara. amin.
Latar Balakang
Keberhasilan sebuah institusi yang menghasilkan lulusannya adalah sejauh mana lulusannya dapat mengamalkan ilmu dalam bidangnya di masyarakat. Hal ini dengan salah satu tujuan pembelajaran agar anak didiknya dapat berguna serta bermanfaat dalam menyumbangkan keahliannya sesuai dengan bidangnya. Secara umum penyelenggaraan perguruan tinggi di Indonesia bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang secara professional dapat menerapkan dan mengembangkan bidang keahliannya serta mampu menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaan keahliannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan kebudayaan nasional.
Untuk mampu manilai sejauh mana lulusan Prodi Ilmu Kimia FMIPA-UII dapat bermanfaat bagi masyarakat, maka perlu dilakukan studi pelacakan (tracer study). Studi pelacakan mencakup antara lain di mana lulusan berada pada saat ini. Di bidang apa lulusan bekerja, sejauh mana lulusan dirasakan bermanfaat oleh para pengguna (stakeholder), apakah bekal/ kemampuan lulusan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, apakah ada kekurangan selama lulusan mengabdikan ilmunya, berapa lama lulusan menunggu sampai memperoleh pekerjaan dan berapa pendapatan/gaji  awal bekerja.
Selain itu, studi pelacakan dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back) bagi Prodi Ilmu Kimia untuk mengevaluasi dan memperbaiki kurikulum, agar lulusan dapat mengantisifasi kebutuhan/tuntutan masyarakat. Tanpa mengenali apa kebutuhan masyarakat maka Prodi Ilmu Kimia telah gagal dalam meluluskan anak didiknya.
Studi pelacakan juga menjadi slah satu penilaian yang penting dalam penilaian akreditasi program studi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Penilaian ini dapat menjadi benchmark bagi akuntabilitas, keredibilitas, maupun up date sebuah program studi.
Tujuan
1. Melacak keberadaan dan karir pekerjaan yang dilakukan oleh alumni.
2. Mendapatkan gambaran tentang bidang pekerjaan alaumni.
3. Mendapatkan masukan tentang relevansi kurikulum dengan tuntutan keahlian lulusan dalam bidang pekerjaan di masyarakat.
4. Mendapatkan bambaran tentang hubungan antara alumni dengan almamater.
5. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi lulusan dalam dunia kerja.
6. Mendapatkan gambaran mengenai karakteristik penerapan lulusan.
7. Mengetahui kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Manfaat
Mendapatkan umpan balik tentang sistem atau proses pembelajaran untuk menyesuaikan kurikulum dengan tuntutan keahlian di dunia kerja.
 
Sebagai kelengkapan Data Alumni Kimia dimohon untuk mengisi formulir berikut:
Kami ucapkan terima kasih atas partisipasinya.
Kaliurang-Satu lagi kabar prestasi dari FMIPA disumbangkan oleh staff Pengajar Fakultas MIPA. Beliau adalah Dr. Noor Fitri, M.Si., Dosen Prodi Ilmu Kimia Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia. Beliau dinyatakan lolos Tahap I yang dinyatakan sebagai salah satu Penerima Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Batch II dari total sebanyak 717 peneliti dari Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Bu Fitri sapaanya sehari-hari, bersama dengan 3 peneliti lainnya dari UII dinyatakan lolos dengan mengusung judul "Peningkatan Keawetan dan Keamanan Buah Tropika Pasca Panen Skala Pilot Project: Protective Film dari Komposit Hibrid Pati Tropis-CMC-Khitosan-Aloe vera- Buah Ciplukan" yang termasuk dalam kategori Ketahanan Pangan.
Informasi tentang nama-nama peneliti yang dinyatakan lolos dikeluarkan oleh DIKTI dengan pada tanggal  11 Juni 2009 dan Nomor: 702 /D3/PL/2009 yang ditujukan kepada kepala Lembaga Penelitian ini setidaknya menyebutkan 4 nama peneliti yang berasal dari Universitas Islam Indonesia.
Berikut adalah Surat Pengumuman dan Lampirannya:
1. Pengumuman, Surat Nomor: 702 /D3/PL/2009
2. Lampiran, Surat Nomor: 702 /D3/PL/2009
Kaliurang-Berdasarkan surat Nomor 610/D3/LL/2009 yang dikeluarkan oleh Dirjen DIKTI yang ditanda tangani atas nama Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Suryo Hapsoro Tri Utomo, memberitahukan tentang Daftar Bantun Penelitian PATEN UBER HKI Tahun 2009. Surat yang bertanggal 3 Juni 2009 tersebut memberitahukan bahwa dalam rangka peningkatan penelitian dan pendaftaran paten (UBER HKI) di Perguruan Tinggi perlu adanya hibah yang mendukung kegiatan tersebut. Dengan melampirkan SK Penerima HIBAH UBER HKI Tahun 2009 dari surat Nomor 610/D3/LL/2009 tersebut, Is Fatimah, M.Si. dinyatakan sebagai salah satu penerima Hibah UBER HKI Tahun 2009 tersebut.
Adalah Is Fatimah, M.Si., Dosen Prodi Ilmu Kimia Fakultas MIPA UII satu-satunya peneliti yang namanya tercantum dalam lampiran surat tersebut. Sebuah kebanggaan dan prestasi yang luar biasa dan patut untuk dibanggakan baik secara pribadi maupun institusi. Beliau bersama dengan 19 Peneliti lainnya dinyatakan lolos Evaluasi Hibah UBER HKI dengan membawa nama Universitas Islam Indonesia. Dosen yang sekarang ini sedang menempuh Pendidikan Doktornya di Univ. Gadjah Mada ini merupakan dosen Ilmu Kimia FMIPA yang sering melakukan penelitian-penelitian di bidang Ilmu Kimia. Dengan Mengusung judul Preparasi Fe3+AlO2O3-Montmorolonit sebagai katalis Efektif dan Ekonomis pada Reaksi Foto-Fenton, Bu Is sapaan beliau dinyatakan lolos bersama dengan 18 peneliti lainnya yang berasal dari UI Jakarta, Unmul, Unsoed Purwokerto, Unjem, UNS Surakarta, ITB, ITS Surabaya, IPB, U.Jayabaya Jakarta, UTP Surakarta, UMM Malang.
Kata Kunci: computational biochemistry, efek samping obat

{mosimage}

Pada tanggal 11 Juli 2008, Peneliti dari Laboratorium Biologi Molekuler Eropa (EMBL) melaporkan, bahwa mereka telah menemukan cara baru untuk menggunakan efek samping obat yang tidak diinginkan. Mereka mengembangkan teknik komputasi yang membandingkan seberapa mirip efek samping dari berbagai macam obat, dan memprediksi seberapa mirip aksi obat tersebut dalam mentargetkan molekul yang sama. Kajian ini, yang telah dipublikasikan pada jurnal Science, menunjukkan penggunaan baru dari obat yang ada di pasaran.
Obat yang serupa, sering kali memiliki target protein yang serupa juga. Mereka juga memiliki modus aksi dan efek samping buruk yang mirip. Jika dilihat dari perspektif lain, ini berarti bahwa obat yang memiliki efek samping serupa bisa jadi mentargetkan molekul yang sama. Tim peneliti EMBL telah mengembangkan alat komputasi yang membandingkan efek samping tersebut, untuk menguji apakah mereka dapat memprediksi target umum dari obat.

” Korelasi seperti itu tidak hanya membongkar basis molekuler dari berbagai efek samping, namun juga memberi harapan pada potensi terapi yang menjanjikan. Ia menunjukkan penggunaan baru dari obat di pasaran pada penyakit-penyakit yang bukan dikembangkan untuk obat tersebut,” kata Peer Bork, kordinator gabungan dari unit Biologi struktur dan komputasi EMBL.
Pendekatan ini akan terbukti berguna untuk obat yang secara kimia berbeda, yang digunakan untuk berbagai area terapetik.
Namun profil protein target mereka saling tumpang tindih dan tidak diketahui secara pasti. Strategi serupa telah terbukti sukses di masa lalu. Sebagai contoh, obat yang dipasarkan sebagai Viagra pada awalnya digunakan untuk menangani Angina. Namun efek samping pada seksualitas telah mengubah area terapetiknya.
Dengan mengaplikasikan metode baru tersebut pada 746 obat di pasaran, peneliti telah menemukan 261 obat yang berbeda, yang mekanismenya sudah diketahui, namun mengikat pada target molekuler yang tidak diinginkan. 20 dari obat ini kemudian diuji secara eksperimen, dan 13 dari mereka menunjukkan pengikatan pada target yang diprediksi memiliki efek samping serupa. Dengan menguji 9 dari mereka lebih jauh di esei sel, mereka semua menunjukkan aktivitas dan efek yang diinginkan pada sel, dengan interaksi pada target protein yang baru ditemukan.
Hasil tersebut mengungkapkan, bahwa efek samping dapat membantu untuk menemukan interaksi obat-target yang baru dan relevan, yang bisa dikembangkan untuk terapi baru. Obat penguat otak Donepezil, sebagai contoh, memiliki target yang serupa dengan obat anti depresi, Venlafaxine. Ini membuktikan bahwa ada kemungkinan Donepezil dapat digunakan untuk mengatasi depresi.
Keunggulan utama dari obat yang ada dipasaran, adalah mereka telah diuji secara klinis dan terbukti aman pada pasien. Ini berarti, bahwa peneliti dapat segera terapi yang baru jauh lebih cepat, tanpa harus menunggu sampai 15 tahun untuk diaplikasikan pada pasien.
“Dengan beberapa pengujian dan pengembangan, metode kami dapat diaplikasikan pada skala lebih besar di masa depan. Obat baru dapat dicek secara rutin pada komputer untuk target tersembunyi tambahan, dan penggunaan potensial di berbagai area terapetik. Ini akan menghemat banyak uang, dan akan mempercepat pengembangan obat secara signifikan.”  Demikian kesimpulan Bork.

Ditulis oleh Arli Aditya Parikesit pada 06-06-2009
Diterjemahkan dari:
European Molecular Biology Laboratory (2008, July 11). Scientist Predict New Uses For Existing Drugs From Their Side Effects. Science Daily. Retreived April 30, 2009. From http://www.sciencedaily.com/releases/2008/07/089710142920.htm
yang-berbahaya-bagi-kesehatan/
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/prediksi-kegunaan-baru-dari-obat-lama-berdasarkan-efek-samping-mereka/

Kata Kunci: aroma wangi, lilin wangi, merkuri, timah

{mosimage}Menurut American Lung Association (ALA) nyala lilin terutama yang beraroma wewangian dan nyalanya tahan lama akan menghamburkan partikel timah, merkuri dan racun lainnya ke udara. Selanjutnya ALA mengingatkan bahwa lilin-lilin yang beraroma eksotis biasanya mempunyai sumbu berkilapan yang terbuat dari timah murni atau campuran yang mengandung timah. Partikel timah yang sangat kecil akan melayang diudara dalam kurun waktu yang lama hingga kemudian akhirnya menempel pada furniture dan karpet yang terpapar untuk disentuh oleh anak-anak, orang dewasa , ataupun binatang peliharaan.
Jika terserap kedalam tubuh dalam jumlah yang melebihi ambang batas emisi lilin-lilin tersebut dapat merusak sistem syaraf, hati dan sistem peredaran darah, terutama pada anak-anak, orang tua, dan pada orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Dampak lainnya lilin-lilin tersebut dapat menghasilkan jelaga berjumlah banyak yang akan merusak furniture dan penghawaan ventilasi.

Dianne Walsh Astry Direktur Eksekutif pada Health House Project, suatu badan pemasyarakatan program pendidikan ALA mengatakan bahwa tanpa disadari, lilin-lilin merupakan penyebab buruknya kualitas udara dalam ruangan. Para pengguna atau konsumen sebaiknya membaca label yang tertera pada produk lilin tersebut agar dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan adanya zat tambahan pada lilin yang dapat membahayakan. Sebaiknya pula hindarkan penempatan lilin pada daerah yang banyak angin, dimana angin dapat lebih menebarkan jelaga dan racun ke udara.

Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 03-06-2009
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/lilin-wangi-yang-berbahaya-bagi-kesehatan/

{mosimage}Kaliurang-Baru-baru ini konsep kampus terpadu menjadi bahasan yang cukup menarik perhatian para pengelola Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta. Kampus terpadu yang lengkap dengan penerapan Laboratorium terpadu yang konon menjadi nilai lebih yang memiliki banyak keunggulan dan kelebihan baik dari segi maksimalisasi pelayanan, pengeloloaan, bahkan dari segi optimalisasi biaya. Di Jogja, yang merupakan Kota Pelajar, terdapat sekitar beberapa kampus Besar yang sudah menggunakan konsep kampus Terpadu. Universitas Islam Indonesia mengembangkan Kampus Terpadu sejak kepemimpinan Prof. Dr. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. yang menggunakan lahan di Jl. Kaliurang Km 14.5 Besi Sleman. Bahkan saat ini, UII telah mengembangkan Laboratorium Terpadu yang pengelolaannya langsung dibawah UII.
Keseriusan UII dalam pengembangan Lab Terpadu saat ini mulai terlihat. Salah satu Lab Terpadu UII yang telah eksis adalah Laboratorium Instrumentasi Terpadu yang berada di Gedung Laboratorium Terpadu-FMIPA Kompleks Kampus Terpadu.
Keksisan Lab Instrumentasi Terpadu didukung pula dengan pengelolaannya. Secara struktural, Kepala Lab Instrumentasi Terpadu adalah Dosen D3 Kimia Analis yang tak lepas dari keberadaan Prodi Ilmu Kimia (S1). Terbukti dengan mulai banyaknya kunjungan-kunjungan baik untuk pengujian maupun kunjungan study banding.
Hari Jumat lalu, Kimia Fakultas MIPA UNY mengadakan kunjungan ke Ilmu Kimia UII. Rombongan menggunakan 2 bus dengan didampingi 2 Dosen. Rombongan diterima langsung oleh Pjs. Prodi Ilmu Kimia UII Prof Dr Hardjono Sastrohamidjojo di Ruang Sidang 2 Gedung Laboratorium Terpadu-FMIPA Universitas Islam Indonesia. Dalam rangkaian kunjungan tersebut, beliau didampingi oleh Tatang Shabur Julianto, M.Si. (Ketua Program D3 Kimia Analis FMIPA UII), Thorikul Huda, S.Si. (Kepala Lab Instrumentasi Terpadu UII), Riyanto, M.Si., Ph.D. (Dosen Ilmu Kimia FMIPA UII), Yusuf Habibi, S.Si. (Laboran Lab Instrumentasi Terpadu UII).